Perkelahian antara anggota TNI AL dan warga terjadi di Ambon. Baku hantam itu diduga dipicu oleh teriakan perkataan kasar.
Korban pemukulan, Dewi Jona Sumantry, menuturkan, peristiwa itu terjadi semalam di Desa Latta di Jalan Wolter Monginsidi. Dia mengatakan, saat kejadian, anggota TNI AL itu melintas menggunakan mobil.
Namun mobil tersebut tiba-tiba berhenti dan anggota TNI AL itu turun lantaran mendengar teriakan dari pemuda yang sedang bermain di pinggir jalan. Perkelahian itu pun tak terhindarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari situ dia (anggota yang diduga TNI AL) mau pukul dengan kayu langsung menghindar, ada paitua (suami) yang datang pele (melerai) dari situ mereka ngamuk. Ada salah satu lagi kakak, laki-laki yang tinggal di Halong Angkatan Laut juga, dia lewat dengan mobil pribadi sama maitua (Istri) mau tanya karena dia dengar itu anak Halong, mau tanya anak Halong siapa? Karena dia orang Halong saat turun tanya bala (pukul) dia lagi. Sedangkan dia tidak tahu apa-apa karena dia mau tolong kakak laki-laki yang dapa pukul ini, dapa keroyok sampai robek telinga dapat pukul sampai berdarah-darah. Dia maksud mau pisa (melerai) dia dapa pukul lagi dari anggota 6 orang anggota ini," kata korban pemukulan, Dewi Jona Sumantry, di rumahnya, Minggu (13/12/2020).
Dewi menyebut, saat kejadian, ada salah seorang polisi yang sempat mendatangi lokasi kejadian untuk melerai perkelahian. Namun dia menyebut polisi itu juga jadi sasaran bogem mentah.
"Anggota polisi juga datang pakai pakaian dinas, dia kaus merah yang polisi punya, sedangkan celana dinas dengan motor polisi dinas, sementara dia setop lalu dia bilang jangan berkelahi-berkelahi. Yang mereka mengaku Angkatan Laut ini bilang 'Kamu siapa?'... 'Saya polisi'," ujar Dewi.
Menurut Dewi, polisi itu lantas dicaci maki. Dewi sempat merekam momen perkelahian tersebut, namun dia mengaku malah dipukul oleh anggota TNI AL itu.
"Saya ambil video sebagai barang bukti karena saya dapa pukul saya sakit hati saya ambil dia gambar lalu karena dia lihat saya ambil video dia lempar saya punya gambar. Akhirnya saya lari dan tidak tahu kalau Pak RT ada di belakang saya. Dari situ tidak lama polisi datang semua datang lalu buat laporan di PM (Polisi Militer)," jelas Dewi.
Ketika dimintai konfirmasi terpisah, Pengganti Sementara (Pgs) Kadispen Lantamal IX Ambon, Mayor Laut Sumarno, menerangkan kejadian itu bermula ketika anggotanya melintas di kawasan tersebut setelah membeli roti. Namun, di tengah jalan, anggotanya diteriaki perkataan kasar.
"Ada 2 anggota kita Lantamal keluar beli roti, kembali kan lewat Halong baru tuh ngumpul anak-anak muda, boncengan berdua nih anggota kita lewat sana teriaklah (kasar) anak-anak itu teriak, kawan kita berhenti kan, tanya ada apa kok teriak gitu kan suasananya tahu-tahu keroyok mereka," ujar Sumarno saat dihubungi wartawan.
Dia menambahkan, saat kejadian, dua anggotanya juga dikeroyok oleh warga yang jumlahnya diperkirakan 15 orang. Salah satu anggota TNI AL bisa menyelamatkan diri untuk memberi tahu ke rekan-rekan anggota TNI AL lainnya.
Akibat baku hantam itu, lanjut Sumarno, satu anggotanya yang tertinggal mengalami hidung patah dan masih di rawat di rumah sakit.
"Dikeroyok tidak seimbang mereka kan banyak (15 orang lebih) kawan kita yang satu lari dia, yang satu tertinggal hidung patah, dibawa mata dijahit, kaki di tangan, yang satu pulang ke Lantamal ni di kasih tahu, rencana mau nyelamatin yang satu itu," jelas dia.
Sumarno menerangkan, kasus ini sekarang ditangani oleh Pomal dan Polsek Baguala Ambon dan Lantamal IX Ambon. Penyelesaian masalah ini dituntaskan dengan mediasi.
"Masalah itu sudah ditangani. Mereka semua teman-teman, masalah ini sudah ditangani sudah mediasi dengan tokoh-tokoh di sana sudah selesaikan," ujarnya.
Lihat juga video 'Pasukan TNI Ditambah, Buru Pelaku Pembunuhan di Sigi':