Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya mengatakan penerapan E-Navigation bisa menjadi solusi untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dengan mengurangi human error dan korban jiwa di laut. Ia juga berharap seluruh stakeholders dapat bekerja sama untuk mengembangkan E-Navigation dan forum terkait dengan E-Navigation dapat diselenggarakan secara berkala di masa mendatang.
"E-Navigation juga dapat memfasilitasi pertukaran informasi di seluruh rantai logistik maritime. Ini berarti adanya efisiensi yang lebih besar untuk operasi komersial," tutur Budi dalam keterangan tertulis, Jumat (11/12/2020).
Hal tersebut disampaikan Budi dalam sambutannya di acara International Symposium On E-Navigation yang dilakukan secara virtual, Kamis (10/12) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi juga menyampaikan penerapan E-Navigation menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mempercepat dan mewujudkan visi 'Poros Maritim Global'. Visi tersebut memperkuat jati diri bangsa sebagai bangsa maritim mengingat kondisi geografisnya yang merupakan jalur pelayaran dan pintu gerbang paling strategis bagi perekonomian global.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo memberikan gambaran bagaimana diskusi dan inisiatif terkait dengan E-Navigation berkembang di forum-forum internasional, terutama pada forum International Maritime Organization.
Ia memaparkan inisiatif E-Navigation dimulai pada Pertemuan International Maritime Organization (IMO) Meeting di sesi ke-81 Maritime Safety Committee (MSC) dengan tujuan untuk mengintegrasikan semua perangkat kenavigasian dalam rangka untuk menciptakan suatu keamanan pada tingkat yang lebih tinggi terkait dengan keselamatan dan memberikan efisiensi pengoperasian yang substansial.
"Tujuan tersebut akan diimplementasikan dengan mengembangkan strategi baru dalam hal modifikasi metode dan peralatan navigasi seperti peta laut, peralatan di atas kapal (bridge display equipment), alat bantu elektronika navigasi, komunikasi dan infrastruktur di pantai serta modifikasi peraturan terkait baik teknis maupun operasional," ujar Agus.
Agus melanjutkan modifikasi tersebut tidak hanya dibahas dalam pertemuan di IMO tetapi juga di forum dan organisasi internasional terkait lainnya seperti International Telecommunication Union (ITU), International Hydrographic Organization (IHO) dan The International Association of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA).
"Untuk itu, saya berharap dengan acara ini Indonesia sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia dapat berperan dalam mewujudkan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim dengan memperhatikan perkembangan teknologi di bidang maritim dalam forum E-Navigation," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Kenavigasian Hengki Angkasawan mengatakan tujuan pertemuan kemarin adalah untuk meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan terkait di bidang kemaritiman tentang pengembangan inisiatif E-Navigation yang sedang dibahas dan dilaksanakan secara internasional.
Ia pun berharap berbagai pandangan dan sharing pengalaman selama diskusi oleh pakar-pakar dari 3 (tiga) Negara Pantai di Selat Malaka dan Singapura, akademisi dan stakeholders dapat memberikan masukan yang komprehensif tentang implementasi konsep E-Navigation.
"Juga dapat memberikan solusi lebih lanjut yang sejalan dengan IMO Strategic Implementation Plan (SIP) bagi Indonesia, khususnya untuk mendukung program terkait di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, juga disinggung mengenai perkembangan kebijakan-kebijakan di Selat Malaka dan Selat Singapura dikaitkan dengan perkembangan E-Navigation, antara lain terkait dengan implementasi Mandatory Strait Reporting System (STRAITREP) di Selat Malaka dan Selat Singapura, yang perlu dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan terbaru dari International Maritime Organisation (IMO) serta mempertimbangkan penggunaan teknologi, dan dengan melibatkan serta partisipasi seluruh littoral States dalam pelaksanaannya.
Disinggung pula terkait dengan pentingnya peningkatan kerjasama di antara littoral States di Selat Malaka dan Selat Singapura, dalam pengembangan E-Navigation. Adapun 700 (tujuh ratus) peserta dari dalam dan luar negeri yang telah mengikuti acara ini diantaranya Instansi Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Asosiasi Pelayaran, Industri / Operator Pelayaran dan Praktisi Pelayaran, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut serta Akademisi.
Adapun beberapa peserta dari luar negeri yang mengikuti acara tersebut berasal dari, Jepang, Jerman, Malaysia, Singapura, Swedia, Finlandia, Denmark, Korea Selatan, Australia, Filipina Perancis, dan Belanda.
Sebagai informasi, telah tercatat lebih dari 48 (empat puluh delapan) test bed untuk E-Navigation dilakukan di dunia, seperti Marine Electronic Highway (MEH), Sea Traffic Management (STM), SESAME Straits e-Navigasi, e-Pilotage dan lain-lain.
Ini juga menunjukkan upaya serius dan komitmen negara-negara anggota IMO atau IALA untuk menyukseskan apa yang telah diprakarsai oleh IMO 15 tahun yang lalu. Acara kemarin juga diselenggarakan dalam 3 (tiga) sesi yang menghadirkan pembicara ahli di bidangnya masing-masing.
(akn/ega)