Tim Komunikasi Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan (Benpilar), Reza Ahmad, mempertanyakan sikap Bawaslu Tangerang Selatan (Tangsel) yang responsif terhadap cuitan eks Komisioner Komnas Perempuan Neng Dara Affifah. Menurutnya, sikap Bawaslu tersebut tidak fair.
"Padahal twit seperti itu, juga status yang berisi aduan dan lain-lain, banyak sekali jumlahnya bisa ratusan. Kenapa yang lain tidai direspons, sementara ini langsung didatangi. Mana kerja panwas saat kami melaporkan akun-akun di sosial media yang menghina, merendahkan martabat kemanusiaan pasangan kami, yang kerjanya memprovokasi setiap hari, dengan jejak digital yang nyata dan bisa ditelusuri. Panwas malah abaikan itu. Ada apa dengan panwas?" ujar Reza, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/12/2020).
Reza juga meminta penjelasan Panwaslu. Dia mengatakan, timnya siap dikonfrontir terkait tuduhan yang dilayangkan Neng Dara. Reza juga menegaskan tak ada pelanggaran dan sogokan apapun yang dilakukan tim maupun relawan Benyamin-Pilar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia meyakini, tudingan dan fitnah yang disangkakan kepada Benyamin-Pilar didesain dengan tujuan untuk menjatuhkan pasangan nomor urut 3 itu. Reza pun meminta semua pihak untuk tak membuat gaduh di masa tenang ini dan menghormati hak warga untuk memilih.
Reza juga meminta Panwaslu Tangsel lebih teliti dan mampu memilah kasus. Bukan justru bertindak reaktif lantaran mementingkan citra lembaga atau melihat latar belakang orang.
"Semua sama di depan hukum. Twit siapapun sama nilainya. Twit tukang becak sama dengan twit dosen, suaranya juga sama, kalau punya hak pilih," tuturnya.
Lebih lanjut, Reza menyayangkan sikap Neng Dara yang dinilainya tidak tahu aturan kampanye. Menurutnya, pemberian alat peraga kampanye seperti tutup kepala atau kerudung, mug dan brosur itu dibolehkan oleh PKPU.
Reza menjelaskan, tim relawan memang melakukan kampanye door to door di komplek di mana Neng Dara tinggal pada 5 Desember 2020. Namun, menurutnya, tidak ada pelanggaran apapun dalam prosesnya dan semua berjalan sesuai aturan, lantaran tanggal 5 belum memasuki masa tenang.
"Itu bukan sogokan. Itu adalah alat peraga kampanye dan souvenir yang boleh dibagikan kepada pemilih. Seluruh kandidat di ratusan pilkada di seluruh Indonesia melakukannya, mungkin saking sibuknya jadi Neng Dara tidak tahu," tambah Reza.
Reza juga menyayangkan keterangan Neng Dara yang berbeda dalam akun Twitternya dengan yang disampaikan ke Panwaslu yang mendatangi rumahnya. Dia mengungkapkan, dalam cuitannya, Neng Dara mengaku mendapat bingkisan dari satpam kompleknya, namun kepada Panwaslu, eks Komisioner Komnas Perempuan itu mengaku mendapatkan dari asisten rumah tangganya.
"Itu adalah fitnah kubro yang Neng Dara harus pertanggungjawabkan. Karena di situ, ia ingin membangun narasi seolah tim Benpilar menggunakan satpam dan menguasai formulir C undangan. Ini harus diklarifikasi oleh panwaslu juga KPU, apa satpam komplek itu petugas KPPS? Kenapa dia bisa membagikan formulir C, apa benar dia bagikan hari Sabtu 5 Desember. Mengapa beda isi twit Neng Dara dengan penjelasan kepada wartawan? Di twitnya stressing point pada satpam yang bagikan formulir c disertai bingkisan sementara saat diklarifikasi, mug kerudung didapat oleh asisten rumah tangganya?" papar dia.
Neng Dara mengaku menerima form C dan bingkisan itu pada Sabtu (5/12/2020). Ia menerima dari asisten rumah tangganya yang mengaku dikasih tetangganya yang mendapatkan titipan.
"Kronologinya saya kan tiap hari bekerja virtual meeting, terus asisten rumah tangga saya kasih bingkisan, agaknya tidak semua, jadi orang tertentu saja yang dikasih. Mungkin warga lain, saya belum tahu persis apakah warga lain dikasih atau tidak, yang pasti bukti di saya ya itu bingkisannya," kata Neng yang saat ini menjabat sebagai Komisioner Badan Akreditasi Nasional PAUD dan Pendidikan Non Formal di Kemendikbud saat dikonfirmasi detikcom melalui sambungan telepon, Tangsel, Senin (7/12/2020).
Neng mengatakan, ia tidak memiliki pretensi apapun sampai harus mentweet bahwa dirinya juga dikirimi bingkisan bergambar Benyamin-Pilar. Tapi sebagai orang yang ingin demokrasi berjalan sehat, ia ingin memberikan pelajaran politik pada publik.
"Apa maksudnya memberikan kerudung ini kepada kita, coba apa maksudnya? Kalau saya ingin bilang itu sogokan, meskipun tidak dalam bentuk uang tapi dalam bentuk barang. Intinya saya ingin memberikan pengajaran ke publik kalau cara berdemokrasi seperti itu sebenarnya speak up, tapi juga menunjukkan bukti tidak boleh tidak menunjukkan bukti. Dan saya kira harus dimulai oleh kalangan elit terpelajar," kata Neng.
Kemudian, atas cuitan Neng Dara dan Bonnie Triyana itu, Bawaslu Tangsel pun langsung menelusuri kasus tersebut.
"Saya baca di tweet (Neng Dara), itu juga lagi dilacak. Bawaslu sedang mentraking lewat DPT, cuma tadi belum tahu alamat TPS berapa, kalau memang ada dikasih, TPS berapa, kelurahan mana, kita akan telusuri," ujar Acep, Senin (7/12/2020).