Kisah Gadis 17 Tahun di Polman Keluar Masuk Hutan Kumpulkan Buah Kapuk

Kisah Gadis 17 Tahun di Polman Keluar Masuk Hutan Kumpulkan Buah Kapuk

Abdy Febriady - detikNews
Minggu, 06 Des 2020 23:47 WIB
Yulianti harus keluar masuk hutan demi mendapatkan buah kapuk (Abdy/detikcom)
Foto: Yulianti harus keluar masuk hutan demi mendapatkan buah kapuk (Abdy/detikcom)
Polewali Mandar -

Demi meringankan beban hidup orang tuanya, seorang gadis bernama Yulianti (17), warga Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, harus keluar masuk hutan untuk mengumpulkan buah kapuk.

Aktivitas mengumpulkan buah kapuk dilakukan gadis remaja asal Kecamatan Tapango ini disela waktu senggangnya, yakni sepulang sekolah ataupun saat hari libur.

"Sejak SD (sekolah dasar) sudah kerja seperti ini. Biasa kalau hari libur, ataupun pulang sekolah baru kumpulkan kapuk," kata Yulianti kepada wartawan di rumahnya, Minggu (06/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati aktivitas mengumpulkan buah kapuk kerap dilakukan seorang diri, ia tak merasa takut menjelajahi hutan seorang diri. "Tidak takut, soalnya sudah biasa," ujarnya.

Saat melakukan aktivitas sebagai pengumpul buah kapuk, Yulianti tidak membutuhkan alat bantu apapun. Ia hanya membawa sebuah karung usang, tempatnya menyimpan buah kapuk yang berserakan di atas rerumputan. Terkadang Ia harus memanjat pohon, untuk mendapatkan buah kapuk yang menyangkut di ranting pepohonan.

ADVERTISEMENT

Yulianti bercerita meski kerap harus berjalan jauh masuk hutan, terkadang usahanya sama sekali tak membuahkan hasil.

"Apalagi kalau tidak ada angin yang bertiup, nyaris tidak ada buah kapuk yang jatuh dari pohonnya," terang Yulianti.

Yulianti harus keluar masuk hutan demi mendapatkan buah kapuk (Abdy/detikcom)Foto: Yulianti harus keluar masuk hutan demi mendapatkan buah kapuk. Ia tengah belajar bersama ibundanya (kanan) (Abdy/detikcom)

Diakui, untuk sekarung buah kapuk yang terkumpul selama empat hari, dijual seharga Rp 50 ribu. "Uangnya dipakai untuk bantu mama, untuk beli kebutuhan sehari-hari," ungkap Yulianti.

Walau harus meluangkan banyak waktu untuk mencari buah kapuk, gadis remaja yang baru duduk di bangku kelas 1 SMA ini, tidak pernah melupakan pendidikannya. Sesampainya di rumah, Ia selalu meluangkan waktu untuk belajar, dengan harapan kelak bisa menjadi orang sukses dan membangkan orang tuanya.

Bahkan Yulianti mengaku tidak merasa malu, kendati setiap saat harus meminjam handphone milik temannya, untuk mengikuti proses belajar secara daring. "Kalau mau belajar dari harus pinjam HP (handphone), karena ada Corona. Saya tidak punya HP, jadi harus pinjam sama teman, biasanya saya menunggu setelah mereka selesai baru saya pinjam," pungkasnya.

Baca cerita selengkapnya di halaman berikutnya

Sementara itu, sang ibu, Sukma Damayanti (45 tahun), mengaku tidak dapat menghalangi keinginan anaknya untuk terus bekerja. Kendati kerap merasa khawatir, hasil dari kerja keras Yulianti mengumpulkan buah kapuk, sangat membantu meringankan beban kebutuhan sehari-hari.

"Hasilnya untuk beli kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya," imbuh Sukma.

Sukma menjelaskan selama ini dirinya hanya tinggal berdua dengan Yulianti. Sang suami pergi meninggalkannya saat Yulianti masih bayi.

"Suami saya sudah lama pergi, dua anak saya ikut sama suami, seorang lainnya sudah lama menikah dan tinggal sama suami di tempat lain. Di rumah ini hanya ada saya dan Yulianti, " tuturnya.

Kendati hidup dalam keterbatasan ekonomi, Sukma mengaku bersyukur, lantaran Tuhan masih memberi kesehatan dan kekuatan, sehingga Ia dan anaknya dapat terus bekerja untuk menyambung hidup.

"Semoga berhasil anakku, walaupun susah, demi cita-cita dia berjuang. Saya tidak pernah berputus asa karena masih ada Tuhan, saya berusaha, semoga berhasil anakku," harapnya

Halaman 2 dari 2
(isa/isa)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads