Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengingatkan mengenai bahaya hoax dalam kehidupan masyarakat. Fadil mengatakan hoax bisa membuat warga menjadi tidak rasional.
"Wong masalah perkembangan medsos saja ini sudah membuat turbulensi sosial yang berkelanjutan. Gara-gara hoax, satu keluarga bisa pisah ranjang, rasionalitasnya kemudian menjadi hilang," kata Fadil saat menghadiri acara Multaqo Ulama Kebangsaan di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Sabtu (5/12/2020).
Fadil lantas menuturkan salah satu kabar bohong yang beredar saat Pilpres 2019. Saat itu beredar gambar mayat yang dinarasikan sebagai bukti kekejaman pemerintah Sudan terhadap umat Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu waktu zaman pilpres, ada sebuah gambar yang beredar di medsos. Di situ disebutkan bagaimana kekejaman pemerintah Sudan terhadap umat Islam, kan ada itu mayat yang berserakan terbakar. Mungkin pernah lihat gambar disertai dengan bumbu-bumbu 'inilah yang terjadi di Rohingya'. Padahal faktanya bukan seperti itu," kata dia.
"Lagi nobar sepakbola Piala Dunia tiba-tiba ada truk Pertamina terguling, lalu kemudian itu di-capture, dibangun sebuah narasi bahwa ini adalah kekejaman rezim terhadap Rohingya. Apa yang terjadi di Indonesia? Demo besar-besaran, kemudian saudara-saudara kita yang berkeyakinan Hindu dan Buddha itu menjadi sasaran. Padahal ya itu, itulah bahayanya disrupsi," sambung dia.
Fadil mengajak semua pihak menyebarkan pesan positif. Dia ingin Jakarta tetap aman dan sejuk.
"Nah, saya berharap saudara-saudara saya yang ada di forum dakwah ini, kita lanjutin di tingkat tingkat kecamatanm kelurahan, kita sama sama bikin sejuk Jakarta, bikin sejuk Indonesia, bikin adem, supaya kita cepat melampaui bangsa-bangsa lain," kata Fadil.
Dalam kesempatan itu, Fadil juga menyoroti situasi pandemi COVID-19 di Tanah Air yang membuat banyak orang takut ke luar rumah. Fadil menyindir pihak yang berencana menggelar reuni yang mengumpulkan banyak orang.
"Sederhana saja, yang penting kita keluar enak, kita mau ke mana-mana nggak takut, biar nyai ini sama emak-emak kalau ke pasar nggak ketakutan, karena takut COVID. Lha orang lagi, orang lagi berperang melawan musuhnya COVID, kerumunan, kok ini mau kumpul sejuta, dua juta, reuni berjilid-jilid, iki opo iki (ini apa ini)," sambungnya.
Fadil mengatakan banyak orang sudah merindukan berbagai aktivitas di luar rumah. Ia menyebut banyak orang juga merindukan aktivitas makan bakso hingga main layangan di kawasan Monas.
"Kita ini kan sudah rindu gimana makan bakso di Monas sambil main layangan, bukan ketemu orang yang demo-demo. Kan begitu. Rindu kita ini, apa pun latar belakang kita, apa pun background pendidikan kita, apa pun background pondok pesantren kita, nggak masalah, duduk sama-sama, ngopi, rokok, ngopi sambil bicara soal kemaslahatan umat. Kan begitu. Sekarang belum apa-apa udah kayak mau berdiskusi, mau ngajak berantem. Ya kan? Kita ini rindu rasa nyaman, rindu rasa aman," ujarnya.
Menurut Fadil, negara sudah mengeluarkan banyak uang untuk penanganan pandemi COVID-19. Ia pun menyayangkan jika ada kelompok yang membuat reuni yang melibatkan kerumunan orang.
"Kemudian juga situasi pandemi. Ya kalau reuni lagi, reuni lagi, ya COVID nggak selesai. Negara ini sudah mengeluarkan uang triliunan rupiah," tegasnya.