Muhammadiyah: Ustaz Ganti Nama Itu Biasa, Tapi Sekarang Banyak yang Karbitan

Muhammadiyah: Ustaz Ganti Nama Itu Biasa, Tapi Sekarang Banyak yang Karbitan

Arief Ikhsanudin - detikNews
Sabtu, 05 Des 2020 08:16 WIB
Sekum Muhammadiyah Abdul Muti
Foto: Sachril/detikcom
Jakarta -

Fenomena pendakwah yang berganti nama mengemuka setelah Soni Eranata, yang menggunakan nama Ustadz Maaher At Thuwailibi, ditangkap polisi. Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan fenomena ustaz ganti nama itu hal biasa, tapi yang jadi masalah saat ini adalah banyak ustaz yang pemahaman agamanya masih rendah.

"Soal ustaz yang ganti nama, juga hal yang biasa. Sayangnya, sekarang ini banyak ustaz karbitan yang penguasaan ilmu agamanya dangkal dan akhlak yang tidak bisa menjadi teladan. Banyak orang yang tiba-tiba mengklaim dirinya sebagai ustaz beberapa saat setelah 'hijrah'," ucap Mu'ti dalam keterangannya, Jumat (4/12/2020).

Menurut Mu'ti, masyarakat harus mulai cerdas menilai pendakwah atau penceramah. Jangan hanya sebatas melihat bahwa pendakwah tersebut populer.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ganti nama atau tidak, semua berpulang pada masing-masing. Masyarakat, khususnya umat Islam, sebaiknya kritis dan cerdas dengan menilai ceramah dari kebenaran isi ajaran, bukan melihat popularitas dai atau ustaz," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Mu'ti menjelaskan perubahan nama dalam Islam sering terjadi, sehingga bukan sesuatu hal yang baru kali ini terjadi.

"Sejak jaman Nabi, banyak sahabat yang memiliki julukan selain dari nama aslinya. Nabi Muhammad, juga disebut Abul Qasim. Demikian halnya dengan sahabat Abu Hurairah. Banyak ulama yang lebih dikenal dengan nama daerah atau tempat tinggalnya, seperti Al-Ghazali, Al-Qurthubi, dan lain-lain," ucapnya.

Kemudian, dalam tradisi di Indonesia, nama berubah atau diganti jika terjadi sesuatu pada orang tersebut, seperti setelah menunaikan haji atau menjadi mualaf.

"Dalam tradisi Islam Indonesia, seseorang biasanya berganti nama setelah menunaikan ibadah haji, masuk Islam, atau mengalami konversi keagamaan. Secara spiritual seseorang berganti nama sebagai identitas keagamaan, menjadi atau terlahir kembali (reborn) sebagai muslim," ucapnya.

"Dengan nama baru itu, seseorang berusaha menjadi lebih baik dalam hal beragama dan berperilaku. Berganti nama itu tidak ada tuntunan dalam agama. Semuanya lebih sebagai tradisi. Akan tetapi, jika penggantian nama itu permanen, harus dicatat di lembaga berwenang," sambungnya.

Tonton video 'Jejak Cuitan 'Ustaz Maaher': Hina Ulama Berujung Bui':

[Gambas:Video 20detik]



Cerita soal nama Soni Eranata yang menjadi Ustadz Maaher ada di halaman berikutnya.

Diketahui, Ustadz Maaher At-Thuwailibi, pemilik akun Twitter @ustadzmaaher_, ditangkap polisi terkait kasus ujaran kebencian kepada Habib Luthfi. Maaher memiliki nama asli Soni Eranata.

Pengacara Soni Eranata, Djudju Purwantoro, menyebut kliennya menggunakan nama istilah dalam berdakwah, yakni Ustadz Maaher.

"Nama umatnya, nama ustaznya itu Maaher At-Thuwailibi, memang nama dia, alias-alias, alias Ustadz Maaher," ujar Djudju Purwantoro ketika dihubungi detikcom, Kamis (3/12/2020).

"Nama aliasnya Maaher At-Thuwailibi," tegas Djudju.

Djudju menjelaskan nama dalam KTP kliennya itu adalah Soni Eranata. Nama Ustadz Maaher digunakan sejak Soni menjadi ustaz.

"Sejak jadi ustaz (pakai nama Ustadz Maaher), udah lama itu," imbuh Djudju.

Djudju tak menjelaskan spesifik mengapa Soni memilih nama Maaher. Djudju menyebut Soni menggunakan nama Maaher sejak lulus pesantren.

"Mungkin udah 10 tahunan," imbuhnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads