Dunia berduka atas kepergian sang legenda sepakbola dunia, Diego Maradona. Semasa hidupnya, Maradona juga dikenal cukup vokal dalam menyuarakan perjuangan rakyat Palestina.
Dilansir dari Al Jazeera, Jumat (27/11/2020), Maradona dielu-elukan sebagai seorang sosialis sayap kiri anti-imperialis, yang telah mendukung gerakan-gerakan progresif.
Dia dekat mendiang pemimpin Venezuela Hugo Chavez, mendiang Presiden Kuba Fidel Castro, hingga Evo Morales dari Bolivia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pernah terlihat lebih dari satu kali menemani Chavez, mengenakan kemeja anti-George Bush. Dia dengan tidak menyesal mendukung Palestina, bahkan setelah gantung sepatu sepakbola.
Saat sang legenda berpulang, juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri men-tweet belasungkawa kepada keluarga dan penggemar Maradona di seluruh dunia.
"Kami sangat sedih atas kematian salah satu pesepakbola terhebat, 'Maradona', yang dikenal atas dukungannya pada gerakan #Palestine," tulisnya via akun Twitter-nya.
Baca juga: Saat Diego Maradona Dibutakan Dunia |
Pada 2012, Maradona menyebut dirinya sebagai 'penggemar nomor satu rakyat Palestina'. "Saya menghormati mereka dan bersimpati dengan mereka," katanya. "Saya mendukung Palestina tanpa rasa takut."
Dua tahun kemudian, selama serangan musim panas Israel di Jalur Gaza yang menewaskan sedikitnya 3.000 warga Palestina, Maradona mengungkapkan kemarahan dan mengkritik Israel.
"Apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina sangat memalukan," katanya dalam sebuah pernyataan.
Simak video 'Penghormatan untuk Maradona Terus Mengalir':
Setahun kemudian, beredar kabar bahwa Maradona sedang bernegosiasi dengan Asosiasi Sepakbola Palestina mengenai kemungkinan melatih tim nasional Palestina selama Piala Asia AFC 2015.
Pada Juli 2018, dia bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertemuan singkat di Moskow. Dia mengaku sebagai orang Palestina.
"Dalam hati, saya orang Palestina," katanya kepada Abbas sambil memeluknya.
Pada tahun yang sama, Maradona mengungkapkan pendapatnya tentang peran AS di Suriah, yang berada di tahun ketujuh perang saudara ketika Presiden Bashar al-Assad mengkonsolidasikan kendalinya atas sebagian besar negara.
"Anda tidak perlu kuliah untuk mengetahui bahwa Amerika Serikat ingin menghapus Suriah dari keberadaannya," katanya.
Kini Maradona telah pergi untuk selamanya. Mantan pemain Argentina dan pemenang Piala Dunia itu meninggal pada Rabu (25/11) karena serangan jantung pada usia 60 tahun.
Kepergiannya terjadi dua minggu setelah dipulangkan dari rumah sakit Buenos Aires setelah menjalani operasi otak.