Pandu Riono Klaim Tak Ada Klaster Petamburan, Pakar: Penelusuran Butuh Waktu

Pandu Riono Klaim Tak Ada Klaster Petamburan, Pakar: Penelusuran Butuh Waktu

Isal Mawardi - detikNews
Rabu, 25 Nov 2020 06:27 WIB
kawasan Petamburan, Jakarta, disemprot disinfektan. Hal itu dilakukan usai adanya temuan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di kawasan tersebut.
Penyemprotan disinfektan di Petamburan (Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)
Jakarta -

Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, membantah Satgas Penanganan COVID-19 soal adanya klaster di Petamburan, Jakarta Pusat. Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menyebut menentukan ada tidaknya klaster dalam suatu kerumunan membutuhkan waktu.

"Adanya informasi dari pihak pemerintah bahwa sudah terjadi klaster keramaian untuk kerumunan massa salah satu organisasi. Kemudian juga bantahan dari salah satu pihak lain dalam hal ini dari epidemiolog dan juga FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) tentu ini harus disikapi bahwa menunjukkan, bahwa menentukan klaster, dalam apalagi yang timbul dari potensi satu kerumunan di berbagai macam (tempat) contohnya di Amerika, Eropa, termasuk di sini, di Australia, tidak mudah," kata Dicky dalam video yang diberikan kepada detikcom, Selasa (24/11/2020).

"Yang artinya bukan tidak mungkin, (tapi) tidak mudah, itu sulit karena begitu banyak yang harus kita identifikasi untuk memastikan bahwa sumbernya dari tempat dan waktu yang sama di keramaian itu," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dicky menyebut faktor keterbatasan pelacakan juga menjadi kendala penentuan klaster. Proses identifikasi klaster, kata Dicky, membutuhkan waktu yang lama.

"Tapi yang harus dipahami menurut saya dua-duanya dalam posisi masih memungkinkan (kebenarannya) baik pemerintah maupun dari sisi FKM UI karena ini tentu penelusuran dari klaster ini perlu waktu dan harus dipahami juga bahwa COVID-19 ini semakin jelas dinamai, sekarang dinamai klaster disease," tutur Dicky.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, penularan Corona di dalam sebuah kerumunan adalah nyata. Namun, yang menjadi kendala bagaimana melakukan pelacakan kepada massa yang tertular.

"Sehingga faktor dan upaya pencegahan itu jauh lebih utama, lebih penting dilakukan daripada Kondisinya sudah seperti saat ini, sudah terjadi. Karena sekali lagi dari sekian klaster ini, kita harus menentukan prioritas. Tidak bisa semuanya kita lakukan tracing pada setiap klaster itu tidak realistis dan tidak memungkinkan," sebutnya.

Dicky tak bisa bicara banyak soal klaim Pandu Riono itu. Namun yang pasti, ia meminta kepada siapa saja yang terlibat dalam kerumunan di Petamburan untuk segera melakukan isolasi mandiri.

"(Orang yang) terlibat dalam event (kerumunan di Petamburan) itu harus mawas diri sukarela untuk melakukan peran-perannya yang penting untuk kesehatan masyarakat dimulai dari karantina mandiri. Apapun itu jauh lebih baik dan juga tentu mendukung upaya-upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan pemerintah juga melakukan upaya-upaya dan strategi yang persuasif," tuturnya.

Bagaimana awal mula Pandu membantah tak ada klaster Corona di Petamburan? simak di halaman berikutnya

Diketahui, Satgas Penanganan COVID-19 beberapa waktu lalu menyebut muncul klaster penularan virus corona di wilayah Petamburan, Jakarta Pusat. Hal ini kemudian dibantah oleh epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).
Berdasarkan data yang dimiliki FKM-UI, kenaikan kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta berasal dari klaster keluarga usai libur panjang 28 Oktober-1 November lalu. Meski terjadi kerumunan saat pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab, belum ada klaster kerumunan Petamburan yang tercatat.

"Menurut saya enggak ada klaster Petamburan, yang positif memang banyak, tapi enggak ada kaitannya dengan klaster kerumunan itu. Kalau klaster keluarga yang berlibur, itu ada," kata Pandu Riono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (24/11).

Pandu mengatakan lonjakan kasus di DKI justru berasal dari aktivitas libur panjang ketimbang kerumunan Rizieq. Dari data yang ia miliki, belum ada laporan kasus positif COVID-19 akibat kerumunan yang terjadi di Petamburan, Tebet, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang terjadi karena kerumunan massa saat kedatangan Rizieq.

"Menurut FKM-UI dari data yang ada belum ditemukan klaster akibat kerumunan di Petamburan dan Tebet, kenaikan kasus di Jakarta lebih mungkin terjadi akibat dampak libur panjang," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan menyampaikan hasil tracing terhadap warga yang mengikuti kegiatan terkait kerumunan massa Habib Rizieq, mulai dari Petamburan, Tebet, hingga Megamendung. Kemenkes menyebut di Tebet ditemukan 50 orang positif Corona.

"Dari hasil tracing dan testing pada sejumlah kejadian tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan PCR di Lakesda 21 November ditemukan di Tebet total 50 kasus positif, dan di Petamburan sebanyak 30 kasus dan di Megamendung terdapat 15 sedang menunggu hasil pemeriksaan," kata Plt Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr Muhammad Budi Hidayat, dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube BNPB Indonesia, Minggu (22/11/2020).

Halaman 3 dari 2
(isa/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads