Cerita Saling Serang Masyumi vs PKI yang Akhirnya Sama-sama Bubar

Sejarah Masyumi

Cerita Saling Serang Masyumi vs PKI yang Akhirnya Sama-sama Bubar

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Minggu, 15 Nov 2020 12:29 WIB
Presiden Sukarno dalam konvensi Masyumi tahun 1954 (Wikipedia Commons)
Foto: Presiden Sukarno dalam konvensi Masyumi tahun 1954 (Wikipedia Commons)
Jakarta -

Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) termasuk salah satu partai besar pada tahun 1955. Masyumi merupakan pesaing berat bagi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sebagaimana yang diceritakan oleh Alwi Shahab dalam buku 'Pergulatan Demokrasi Liberal, 1950-1959: Zaman Emas atau Zaman Hitam' terbitan Tempo, Masyumi dan PKI pernah saling melempar sindiran saat menjelang pemilu 1955. Salah satu aksi saling sindir itu terjadi di Lapangan Banteng pada bulan September 1955.

Kala berkampanye di Lapangan Banteng pada suatu siang, juru kampanye PKI telah 'membakar massa' dengan menyerang Masyumi. "Jika Masyumi menang, Lapangan Banteng ini akan diubah jadi Lapangan Onta," ujar sang juru kampanye.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Di siang yang lain, juru kampanye Masyumi membalas ejekan itu. Masyumi membawa-bawa Kremlin yang kala itu menjadi markas negara Komunis Uni Soviet. "Jika PKI menang, Lapangan Banteng akan diubah jadi Lapangan Merah, Kremlin di Moskow."

Menurut penuturan Alwi, aksi saling sindir itu tak lebih dari perang kata-kata saja. Hanya sebatas aksi di atas panggung. Suasana pemilu berjalan meriah dan aman.

Hajatan Pemilu 1955 itu sukses besar dan berjalan damai. Bahkan, tingkat partisipasi warga dalam pemilu itu begitu tinggi, yakni 88% dari jumlah pemilih 43 juta orang. Pada era itu, perbedaan politik memang sesuatu yang lumrah. Namun, setiap warga tetap menghargai perbedaan itu, mereka saling menghormati tanpa saling mengusik.

Bagaimana akhir cerita Masyumi dan PKI? Silakan klik halaman selanjutnya.

Tonton juga 'Partai Masyumi 'Hidup' Lagi, Singgung PKS Tak Tampung PA 212':

[Gambas:Video 20detik]

Masyumi dan PKI Sama-sama Dibubarkan

Meskipun saling bersaing sengit, pada akhirnya baik Masyumi dan PKI sama-sama dibubarkan. Kedua partai itu dibubarkan oleh dua pemimpin yang berbeda.

Masyumi dibubarkan oleh Presiden Sukarno pada 17 Agustus 1960. Menurut M Fuad Nasar dalam bukunya 'Islam dan Muslim di Negara Pancasila', pembubaran Masyumi tidak terkait dengan masalah ideologi. Pembubaran ini sebagai ekses dari sikap politik para elite Masyumi yang berseberangan dengan Sukarno ketika itu.

Bahkan ketika itu ada beberapa elite partai yang justru bergabung dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat.

Lima tahun kemudian, Indonesia diguncang oleh tragedi 30 September 1965. PKI dituding sebagai dalang kudeta usai Batalyon I Cakrabirawa yang dipimpin Letkol Untung membunuh tujuh perwira TNI.

PKI dibubarkan oleh Suharto yang saat itu sudah mendapatkan transfer kekuasaan dari Sukarno. PKI dibubarkan pada 12 Maret 1966 melalui Surat Keputusan Presiden No. 1/3/1966.

Masyumi Bangkit Lagi

75 tahun berlalu, Masyumi pun dibangkitkan lagi pada 7 November 2020. Tokoh-tokoh yang menggerakan motor Masyumi versi 2020 adalah Abdullah Hehamahua, Bachtiar Chamsyah, hingga Cholil Ridwan.

Tanda tangan deklarasi Partai Masyumi digelar di aula Masjid Furqon, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (7/11/2020). Acara ini juga digelar via telekonferensi.

"Kami yang bertanda tangan di bawah ini, ketua badan Bapak KH Ahmad Cholil Ridwan," ujar pemandu acara.

Acara deklarasi 'Masyumi Reborn' juga dihadiri oleh beberapa tokoh, seperti Ahmad Yani dan Amien Rais.

Lantas, siapakah kini pesaing terberat Masyumi Reborn?

Halaman 2 dari 3
(rdp/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads