Machmud Singgirei Rumagesan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Raja Sekar ini lahir dari masyarakat muslim di Semenanjung Onin.
Semenanjung Onin adalah istilah untuk menyebut kawasan yang saat ini disebut sebagai Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Istilah Onin disebut sebagai Wanin atau Wiwanin dalam kitab Nagarakertagama karya Empu Prapanca pada 1365 atau era Majapahit.
Machmud Singgirei Rumagesan lahir pada 27 Desember 1885 di pusat Kerajaan Sekar, yakni Kokas. Di tanah ini, pengaruh Islam sudah mengakar sejak lama sebelum Machmud lahir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rosmaida Sinaga dan Abdul Syukur dalam buku 'Machmud Singgirei Rumagesan: Pejuang Integrasi Papua', terbitan Ruas, menjelaskan wilayah ini sudah menjadi bagian kekuasaan dan pengaruh Kesultanan Tidore (sekarang Maluku Utara).
Peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Bau Mene, dalam tulisannya 'Masuknya Islam di Kabupaten Fakfak dan Tinggalan Arkeologinya (Jurnal Papua Vol V No 2)' menjelaskan sebenarnya Kerajaan Ternate juga punya andil menancapkan pengaruh Islam di Semenanjung Onin.
Selanjutnya, Islam datang ke Papua sejak Abad 16:
Sejak Abad Ke-16
Data silsilah Raja Wertuar, yang berkuasa di sebagian Semenanjung Onin, menunjukkan bahwa Raja Wertuar III bernama Waney bertakhta di Kramomongga sekitar tahun 1576-1646. Diperkirakan agama Islam sudah ada dan berkembang di daerah Rumbati, bagian dari Semenanjung Onin, sebelum tahun 1724. Buktinya adalah puing-puing bekas reruntuhan masjid.
Raja Rumbati ke-16 mengatakan Islam masuk di Was pada 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati. Raja Rumbati bernama Ibrahim Bauw menjelaskan Islam masuk ke Semenanjung Onin Fakfak pada 1502.
Pengaruh budaya Ternate-Tidore kemudian terbawa pada pemberian gelar untuk raja di wilayah Onin, yakni gelar sangaji, kapitan, mayor, dan lain-lain. Memang secara geografis, wilayah Semenanjung Onin atau keseluruhan wilayah 'Kepala Burung' Papua relatif dekat dengan Kepulauan Maluku, teritori Tidore pada masa silam.
Islam juga masuk ke wilayah ini lewat perdagangan, perkawinan, dan pendidikan nonformal, termasuk lewat para mubalig di rumah-rumah para raja.
![]() |
Machmud Rumagesan dan Islam
Kerajaan Sekar tempat Machmud Singgirei Rumagesan bertakhta adalah satu dari banyak kerajaan di Semenanjung Onin. Selain Kerajaan Sekar, ada Kerajaan Rumbati, Namatota, Ati-ati, Fatagar, dan Arguni. Sebagian dari pemimpin di kerajaan itu merupakan keturunan Maluku (Goram, Seram), namun Raja Sekar berasal dari penduduk setempat.
Machmud Singgirei Rumagesan beragama Islam, bahkan pada usia 18 tahun dia sudah menjadi Kepala Agama Islam di Kerajaan Sekar atas perintah ayahandanya. Selanjutnya, Machmud Rumagesan menjadi Raja Sekar dengan gelar Raja Al Alam Ugar Sekar. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Edi Suharto lewat dokumen yang dia berikan kepada detikcom.
Istilah 'raja' di Semenanjung Onin' ini tidak persis seperti istilah 'raja' di Pulau Jawa yang berkuasa penuh. Rosmaida Sinaga dan Abdul Syukur dalam bukunya menjelaskan raja-raja di Semenanjung Onin menjalankan pemerintahannya atas nama Sultan Tidore. Gelar raja juga diberikan oleh Sultan Tidore.
"Meskipun mereka bergelar raja, kenyataannya mereka hanyalah agen dagang dan pemungut pajak di wilayah kekuasaannya atas perintah dari Sultan Tidore. Dengan demikian, waktu itu fungsi utama raja bukanlah di bidang politik, tetapi justru di bidang ekonomi untuk menunjang kepentingan dan kekuasaan Kesultanan Tidore," tulis Rosmaida dan Abdul Syukur soal wilayah di pantai barat Papua itu.
Politik, ekonomi, ekonomi-politik, budaya, dan agama berkelindan di Semenanjung Onin. Namun pengaruh Sultan Tidore terhadap raja-raja di Onin perlahan berkurang pada ujung abad ke-19. Saat itu, pengaruh Sultan Tidore digantikan oleh pengaruh kolonial Belanda. Semenanjung Onin kemudian masuk menjadi wilayah Afdeeling West Nieuw Guinea, Onderafdeeling Fakfak. Pemerintah kolonial menggaji para raja f50 (mata uang gulden) per bulan, raja muda dan raja komisi mendapat f25 per bulan. Ada pula uang pantai-pantai f150 hingga f300 per tahun.
Namun Islam tetap dipeluk sebagian masyarakat Onin. Raja-raja tetap berwibawa dan diyakini punya kekuatan magis. Kepala umat Islam menjadi salah satu tugas utama raja.
Wilayah Kerajaan Sekar meliputi 12 kampung. Pada 1953 (era Belanda di Papua), penduduk Kerajaan Sekar berjumlah 877 orang saja. Secara keseluruhan, dari penduduk di Kerajaan Sekar saat itu, 38 persen penduduknya beragama Islam.
Penduduk yang terbanyak ada di Kampung Sekar dengan 182 orang penduduk, semuanya beragama Islam.
Ada pula kampung yang penduduknya tidak beragama Islam. Di Kampung Mandoni, nyaris setengah penduduknya beragama Kristen Katolik. Di Kampung Mambuni-buni, Wagab, Pikpik, dan Bahbadan, dan Komboamur semua penduduknya beragama Kristen Protestan. Sebagian kecil penduduknya tidak beragama Islam maupun Kristen.
"Sebagai seorang raja yang menganut agama Islam dengan baik, Rumagesan berupaya menolak segala upaya penguasa kolonial Belanda yang dianggap menindas rakyatnya," tulis Rosmaida Sinaga dan Abdul Syukur dalam bukunya.