Pusat Polisi Militer TNI AD (Puspomad) menetapkan 8 oknum TNI sebagai tersangka kasus pembakaran rumah dinas kesehatan di Hitadipa, Papua. Penetapan tersangka ini didasarkan dari alat bukti dan pemeriksaan saksi-saksi.
"Kasus pembakaran rumah dinas kesehatan di Hitadipa pada tanggal 19 September 2020. Langkah hukum yang dilakukan oleh tim gabungan dan Kodam 17 Cendrawasih adalah melakukan penyelidikan dan penyidikan dengan hasil sebagai berikut, berdasarkan hasil pemeriksaan para saksi dan alat bukti maka penyidik menyimpulkan dan menetapkan 8 orang sebagai tersangka," kata Komandan Puspom TNI AD (Danpuspomad) Letjen Dodik Widjanarko dalam konferensi pers, di gedung Puspomad, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Kamis (12/11/2020).
Letjen Dodik menjabarkan kedelapan tersangka itu adalah Kapten infanteri SA, Letda infanteri KT, Serda MFA, Sertu S, Serda ISTF, Kopda DP, Pratu MI dan Prada MH. Mereka disangkakan melanggar Pasal 187 (1) KUHP dan Pasal 55 (1) KUHP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasal yang dilanggar oleh para tersangka 87 (1) KUHP, Pasal 55 (1) KUHP," katanya.
Letjen Dodik mengatakan pihaknya akan segera melengkapi berkas perkara. Apabila sudah memenuhi syarat formil dan materiil, pihaknya akan segera melimpahkan ke pengadilan militer.
"Saat ini tim gabungan dan Kodam XVII/Cendrawasih sedang melengkapi berkas perkaranya dan apabila telah memenuhi syarat formil dan materill akan segera dilimpahkan ke Oditur Militer III-19 Jayapura," tuturnya.
Letjen Dodik menyebut Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Andhika Perkasa akan membangun kembali rumah dinas kesehatan yang dibakar tersebut. Sementara untuk total kerugian akibat pembakaran rumah dinas itu diperkirakan mencapai Rp 1,3 miliar.
"Akibat dibakarnya rumah dinas kesehatan di Hitadipa diperkirakan menelan kerugian materill sebesar Rp 1.300.000.000 dan Bapak KASAD akan membangun kembali rumah dinas kesehatan Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya," ungkapnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala Pusat Zeni TNI AD (Kapusziad) Mayjen TNI Mohammad Munib menegaskan pihaknya akan menerjunkan 30 orang untuk pembangunan rumah dinas tersebut. Ia memperkirakan penyelesaiakn rumah dinas kesehatan yang diperintahkan langsung oleh KASAD akan selesai dalam waktu 90 hari.
"Tadi malam diperintahkan oleh pimpinan Bapak KASAD, sudah berkoordinasi ke Kodam Cendrawasih, kekuatan untuk membangun kembali rumah akan dikerahkan 30 orang. Perkiraan kita akan selesai 90 hari kerja, atau 3 bulan, karena ini adalah urgent, jadi rencana kota minggu depan sudah action sudah ada kegiatan pembangunan kembali," katanya.
Peristiwa pembakaran ini sebelumnya sempat diungkap oleh Ketua Tim Kemanusiaan untuk Intan Jaya, Haris Azhar. Penuturan selengkapnya ada di halaman selanjutnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Tim Kemanusiaan untuk Intan Jaya Haris Azhar mengungkap hasil investigasi terkait penembakan pendeta Yeremia Zanambani yang dibunuh pada 19 September 2020, di Hitadipa, Intan Jaya. Haris Azhar membeberkan kronologi penembakan pendeta Yeremia yang diduga melibatkan oknum TNI.
Haris menyebut Tim Independen Kemanusiaan untuk Intan Jaya ini adalah tim yang terdiri atas sejumlah tokoh agama, akademisi, dan aktivis kemanusiaan di Papua. Tim ini dibentuk untuk merespons situasi kekerasan yang terjadi pada Pendeta Yeremia Zanambani, yang dibunuh pada 19 September 2020, di Hitadipa, Intan Jaya.
Haris mengungkap insiden tersebut bermula pada 17 September ketika terjadi tembakan ke rombongan anggota TNI di Sugapa Lama, yang mengakibatkan 1 anggota meninggal dunia dan 1 laras panjang milik TNI diambil oleh OPM.
Setelah kejadian itu, Haris menyebut beberapa masyarakat Hitadipa dipanggil. Pada pertemuan itu, aparat meminta agar senjata yang hilang diambil OPM segera dikembalikan, serta meminta agar gembala Pendeta mengumumkan dan juga meminta warga mengutus orang ke kampung lain di Distrik Hitadipa, dengan pesan yang sama agar senjata dikembalikan.
"Pesan tersebut juga diiringi dengan ancaman bahwa kalau tidak dikembalikan distrik Hitadipa akan di-bom. Praktik ini terus terjadi pada tanggal 18 September, keesokan harinya," kata Haris dalam keterangan tertulis yang diterima Minggu (1/11/).
Singkat cerita, lalu sekitar pukul 13.00, kata Haris, terjadi penembakan dari arah utara oleh OPM ke arah Markas Koramil Persiapan Hitadipa tepatnya Gedung SD YPPGI yang mengakibatkan satu personel BKO Aptekel Koramil Persiapan Hitadipa tewas di pos tersebut. Beberapa menit kemudian, hingga 13.55, Haris Azhar menyebut TNI melalukan tembakan balasan ke bagian utara kampung Hitadipa daerah Muara Sungai Hiyabu dan Sungai Dogabu selama kurang-lebih 30 menit.
Selanjutnya pada pukul 14.55, Haris Azhar menyebut ibu almarhum Meriam Zoani/Zanambani yang akrab disapa Mama, bertemu dengan rombongan anggota TNI, di ujung lapangan terbang Hitadipa. Pasukan TNI disebut berjumlah cukup banyak, barisannya sepanjang 50-60 meter, dipimpin oleh Alpius.
Dalam kronologi yang masih berdasarkan keterangan Haris, Mama disebut terkejut dan takut melihat rombongan tersebut. Mama baru agak sedikit lega ketika melihat Alpius, pimpinan pasukan di lokasi Hitadipa, bahkan keduanya sempat saling tatap mata.
"Mama dan Pendeta sudah anggap Alpius seperti anak sendiri karena Alpius kerap beberapa kali ke rumah mereka untuk mandi, minta makan, atau makan bersama, ambil air untuk kebun yang dikelola Alpius," ucap Haris.
"Alpius sendiri biasa panggil 'Mama'. Mama dan Pendeta juga tahu bahwa Alpius sering main dan kenal baik dengan warga," kata Haris.
Pada saat pertemuan tersebut, Alpius bertanya ke Mama dan ini percakapan mereka berdasarkan keterangan Haris Azhar:
"Apa Mama lihat orang?" Mama jawab, "tidak".
"Apa Mama lihat orang di jalan?" dijawab, "tidak". Dan menjawab lebih jauh, bahwa "dia seharian hanya bersama pendeta, yang saat ini masih ada di kandang babi". Kemudian pertanyaan ketiga diberikan Alpius, "Jadi bapak ada di kandang babi?" dijawab oleh Mama, "ya".
"Anggota TNI dengan atribut lengkap lewat jembatan induk Sungai Hiyabu, sampai di Kampung Taundugu ada yang jaga di jalan, sementara ada anggota TNI lain turun ke Kampung Taunduga langsung bakar bangunan kesehatan dan rumah dinas tenaga kesehatan yang digunakan masyarakat di Taundugu. Alasan anggota TNI bakar fasilitas kesehatan dan rumah masyarakat ini adalah OPM berada di balik bangunan dan rumah masyarakat, makanya menewaskan satu anggota TNI pada tanggal 19 September 2020 dan meninggal dunia," sebut dia.
"Akibatnya, kerugian milik warga berupa kehilangan tempat tinggal, ijazah SD dan SMP anak-anak ikut terbakar, perlengkapan rumah tangga, satu unit motor ikut terbakar, dan bangunan rumah fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah dibakar," imbuhnya.