Libur panjang pada akhir Oktober lalu memunculkan kekhawatiran akan meningkatkan kasus positif virus Corona (COVID-19), tak terkecuali di Riau. Dinas Kesehatan (Dinkes) Riau menyebut ada tidaknya peningkatan kasus Corona akibat libur panjang baru bisa diprediksi beberapa pekan lagi.
"Kalau sekarang belum diketahui ya, apakah terjadi peningkatan atau tidak. Karena kan selesai liburan baru berjalan dua hari ini," kata Kadinkes Riau Mimi Yuliani Nazir kepada detikcom, Selasa (3/11/2020).
Mimi menjelaskan, ada-tidaknya peningkatan kasus Corona akibat libur panjang baru bisa diprediksi dua pekan lagi. Menurutnya, kasus yang ditemukan saat ini belum bisa dikatakan akibat libur panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita lihat saja nanti, dua pekan lagi dari sekarang ini. Kalau sekarang sulit kita memprediksinya ada peningkatan atau tidak," terang Mimi.
Pemprov Riau tentunya mengharapkan tidak ada peningkatan kasus Corona akibat libur panjang. Dia mengingatkan masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan.
"Kalau kita dapat mematuhi protokol kesehatan secara bersama, pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, mudah-mudahan bisa terhindar dari COVID-19," ujarnya.
Namun Mimi tak memungkiri masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Dia menyayangkan perilaku masyarakat yang seperti itu.
"Cobalah kita lihat sendiri keseharian masyarakat, banyak yang tidak pakai masker. Nongkrong di warung kopi, sambil ngobrol tanpa masker. Tidak jaga jarak, seakan tidak menganggap ada wabah virus Corona," sebut Mimi.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan upaya testing dan tracing harus ditingkatkan pascaliburan panjang pekan lalu. Hal tersebut guna mencegah penyebaran COVID-19 di sejumlah daerah agar tetap terkendali.
"Pergerakan orang dari satu daerah ke daerah lain pada masa libur panjang pekan lalu cukup tinggi, upaya testing dan tracing terkait COVID-19 harus ditingkatkan," kata wanita yang akrab disapa Rerie itu dalam keterangannya, Senin (2/11).
Sebagai contoh, ia mengungkapkan, berdasarkan keterangan Gubernur Jawa Barat, di wilayahnya sekitar 408 wisatawan selama libur panjang hasil rapid test-nya menunjukkan reaktif. Menurutnya, temuan hasil testing COVID-19 itu harus di-tracing dengan ketat dan terukur untuk menghindari lonjakan penularan.
Apalagi, lanjutnya, berdasarkan catatan PT Jasa Marga, ada 655.365 kendaraan meninggalkan Jakarta selama liburan panjang. Namun yang kembali ke Jakarta via tol baru 347.733 kendaraan. Jadi masih ada setengah dari jumlah kendaraan yang keluar Jakarta belum kembali.
"Kerja sama antarpemerintah daerah dalam pengendalian COVID-19 di Tanah Air harus ditingkatkan untuk cegah ledakan penularan," ujarnya.