Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan semua umat Islam wajib mencontoh Nabi Muhammad secara utuh dan penuh. Menurutnya, banyak sisi yang bisa diteladani dari sosok Nabi Muhamamad, mulai dari bagaimana bersikap, berpikir, dan berbuat.
Jazilul mengatakan Nabi Muhammad merupakan sosok yang sabar dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut bisa dilihat dari perjalanan hidupnya, sejak kecil ia sudah dirundung dengan kesedihan. Sebelum lahir, ayahnya sudah meninggal dunia. Begitu berumur 6 tahun, ibunya juga tiada.
"Kakeknya yang dicintai pun juga meninggalkan Nabi (Muhammad) untuk selamanya ketika berumur 8 tahun. Meski demikian Nabi tetap sabar dan tabah dalam menjalani masa-masa kecilnya," tutur Jazilul dalam keterangannya, Sabtu (31/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikan Jazilul saat menghadiri acara 'Gebyar Maulid dan Pembaitan Santri Baru Pencak Silat NU Pagar Nusa Lamongan 2020' yang digelar oleh Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Jumat (29/10).
Turut hadir Ketua Pagar Nusa Lamongan Moch. Mahfud, para pendekar dan ratusan pesilat, kiai, serta masyarakat luas. Dalam acara tersebut Jazilul juga dikukuhkan sebagai anggota kehormatan Pagar Nusa.
Lebih lanjut, Jazilul menuturkan walau Nabi Muhammad hidup dalam masa-masa sulit tersebut, dijalaninya dengan semangat. Bahkan ia disebut sebagai orang yang bisa dipercaya karena perilakunya yang selalu berkata jujur.
"Sikap-sikap yang demikianlah yang perlu kita perbuat. Bersikap dan berbuat jujur membawa rasa nyaman dalam kehidupan semua orang," tambahnya.
Pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ini juga menjelaskan dalam berhubungan dengan sesama umat Islam dan umat non-Islam, Nabi Muhammad selalu berlandaskan pada hukum yang disepakati. Ia mencontohkan ketika renovasi Kakbah berlangsung ada perselisihan yang terjadi ketika hendak meletakkan batu Hajar Aswad.
Saat kejadian tersebut, lanjut Jazilul, Nabi Muhammad membentangkan kain putih dan meletakkan Hajar Aswad di tengah, seraya meminta setiap pemimpin Kabilah untuk memegang ujung-ujung kain dan mengangkatnya bersama-sama.
"Langkah yang demikian dirasa adil oleh semua pihak yang berselisih sehingga masalah renovasi Ka'bah selesai dengan damai," ungkapnya.
Dalam setiap perselisihan, menurut Jazilul, Nabi Muhammad ingin menyelesaikan dengan perjanjian hukum. Seperti saat adanya perselisihan antara umat Islam dengan Quraisy di Mekkah ketika kaum Quraisy melarang umat Islam yang hendak melakukan umroh.
Alih-alih mengatasinya dengan peperangan mengingat saat itu Nabi Muhammad mempunyai kekuatan militer yang kuat, ia lebih memilih untuk menyelesaikannya dengan melakukan perjanjian hudaibiyyah.
"Dengan dasar hukum yang disepakati bersama antara Kaum Quraisy dan umat Islam, justru membuat dakwah Nabi semakin berkembang," tuturnya.
Dari perjalanan Nabi Muhammad tersebut, alumni PMII itu mengatakan Nabi Muhammad dalam bersikap kepada dirinya sendiri, sesama umat Islam, dan kepada kelompok dan agama lain selalu berlandaskan pada hukum.
"Meski punya pengaruh yang sangat kuat namun Nabi tetap membangun kebersamaan dengan menyepakati adanya aturan. Mengedepankan hukum inilah yang perlu kita tauladani dari Nabi," pungkasnya.
Pada kesemaptan tersebut, Jazilul juga mengajak anggota Pagar Nusa untuk belajar kesabaran, ketabahan, dan ruhul jihad dari Nabi Muhammad.
(prf/ega)