Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) membangun fasilitas Observatorium Nasional di Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain sebagai saran edukasi publik, fasilitas ini juga dipakai untuk mencari kehidupan di luar bumi.
"Lapan telah membangun fasilitas Observatorium Nasional Timau di NTT, bersama dengan ITB, Undana, dan Pemda setempat. Mulai tahun ini, kami telah mengoperasikan teleskop 50 cm di Kupang, salah satunya untuk pengamatan komet dan asteroid," kata Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto kepada wartawan, Selasa (27/10/2020).
Selain itu, LAPAN merencanakan program pengamatan transient project mulai tahun ini. Arah program ini juga untuk mencari tahu soal teka-teki kehidupan di luar bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"LAPAN akan merencanakan program pengamatan transient objects mulai tahun 2020. Eksoplanet dan supernova adalah contoh objek transien. Dengan kata lain, kami akan mulai mencari dan mempelajari eksoplanet dengan lebih sistematis. Salah satu arahnya memang menjawab apakah ada kehidupan di luar sana," ujarnya.
"Iya (kehidupan di luar bumi), itulah salah satu pertanyaan mendasar umat manusia yang ingin tahu," lanjutnya.
Dia menjelaskan bahwa saat ini LAPAN memiliki teleskop reflektor berdiameter 50 cm. Menurutnya, inilah 'senjata terbaik' LAPAN di Kupang.
"Sementara ini, teleskop reflektor berdiameter 50 cm adalah senjata terbaik kami di Kupang. Akhir tahun 2021, kami berharap datangnya teleskop yang lebih besar, yakni teleskop dengan diameter cermin 380 cm," tuturnya.
Soal anggaran, Rhorom mengatakan bahwa untuk teleskop 50 cm, harganya kira-kira mencapai Rp 1 miliar. Program ini sendiri mendapat anggaran sekitar Rp 340 miliar.
"Kalau untuk teleskop 50 cm, kira-kira sekitar Rp 1 m. Kurang-lebih sekitar 340 m yang bersumber dari APBN," ungkapnya.
Lantas apa lasan LAPAN membangun observatorium ini? "Hampir semua pengamatan dan riset astronomi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan. Misalnya, selama ini LAPAN banyak melakukan penelitian tentang cuaca antariksa supaya kita pahami kondisi di sekitar satelit kita. Untuk cegah kerusakan pada aset mahal tersebut, kita perlu pantau kondisi antariksa," jelasnya.
Selain itu, tujuan LAPAN melakukan hal ini adalah meneliti asteroid. Dengan penelitian ini, penduduk bumi bisa mewaspadai ancaman tabrakan asteroid.
"LAPAN ke depan akan lakukan pengamatan dan penelitian asteroid. Tujuannya adalah untuk melindungi penduduk bumi dari ancaman tabrakan asteroid/komet," kata dia.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa observatorium itu dibangun sejak tahun 2017. Observatorium itu akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
"Untuk diketahui, sejak 2017 LAPAN bersama ITB dan UNDANA serta Pemprov NTT dan Pemkab Kupang membangun Observatorium Nasional di Gunung Timau, Kabupaten Kupang," kata Thomas kepada detikcom, Selasa (27/10/2020).
"Fasilitas utamanya adalah teleskop 3,8 meter, terbesar di Asia Tenggara. Semula ditargetkan selesai 2020, namun tertunda jadi 2021 karena beberapa kendala, antara lain akses jalan dan pandemi Covid-19," imbuhnya.
Dia menegaskan bahwa fasilitas ini dibangun untuk edukasi publik, bukan hanya untuk mencari kehidupan di luar bumi. Tujuannya ialah untuk observasi astronomi.
"Selain itu dibangun juga Pusat Sains di Tilong, Kupang, sebagai pusat edukasi publik. Tujuan utama sebagai pusat observasi astronomi dan pemberdayaan kawasan timur Indonesia. Observasi astronomi mencakup objek-objek tata surya (seperti planet, komet, dan asteroid), fisika bintang dan galaksi, struktur besar alam semesta, sampai planet-planet di luar tata surya," ungkapnya.
Terkait anggaran Rp 340 miliar, dia menjelaskan itu anggaran multiyears. "Anggaran Rp 340 miliar adalah anggaran multiyears pembangunan observatorium nasional di Gunung Timau Kupang dengan teleskop berdiameter 3,8 meter (terbesar di Asia Tenggara) serta fasilitas Pusat Sains di Tilong, Kupang, untuk edukasi publik. Pusat Sains dilengkapi dengan teleskop berdiameter 50 cm," ujarnya.