Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis survei terkait pandangan masyarakat terhadap pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Mei, Juli, dan September 2020. Apakah masyarakat masih ingin PSBB dilanjutkan atau disetop?
Survei itu bertajuk 'Mitigasi Dampak Covid 19: Tarik Menarik antara Kepentingan Ekonomi & Kesehatan'. Survei dilakukan menggunakan kontak telepon kepada responden. Sampel sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020.
Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon sebanyak 5.614 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei, yaitu sebanyak 1.200 responden. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar Β±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Survei dilakukan pada 24-30 September 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut hasil survei penilaian masyarakat terhadap PSBB:
Mei 2020:
- 50,6 masyarakat menilai PSBB dilanjutkan agar penyebaran Corona bisa diatasi
- 43,1 masyarakat menilai PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi segera berjalan
- 6,3 menjawab tidak tahu/ tidak jawab
Juli 2020:
- 34,7 masyarakat menilai PSBB dilanjutkan agar penyebaran Corona bisa diatasi
- 60,6 masyarakat menilai PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi segera berjalan
- 4,7 menjawab tidak tahu/ tidak jawab
September 2020:
- 39,0 masyarakat menilai PSBB dilanjutkan agar penyebaran Corona bisa diatasi
- 55,0 masyarakat menilai PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi segera berjalan
- 6,1 menjawab tidak tahu/ tidak jawab
Burhan memiliki dua tafsir terkait keinginan masyarakat yang menginginkan PSBB dihentikan. Pertama, masyarakat ingin ekonomi kembali secara normal karena mereka tidak memiliki pendapatan ataupun pekerjaan selama pandemi Corona (COVID-19). Kedua, masyarakat menilai PSBB tidak memberi pengaruh besar terhadap kesehatannya.
"Kedua, kenapa yang katakan PSBB cukup dihentikan lebih besar ketimbang yang katakan sebaiknya PSBB dilanjutkan, karena mungkin bahkan di antara mereka yang pro kesehatan ketika PSBB dilaksanakan setengah hati, seperti yang mereka alami di banyak wilayah, itu mereka merasa PSBB bukan sebagai juru selamat satu-satunya terkait kondisi yang mereka hadapi sekarang. Misal di beberapa tempat di daerah Tangsel, itu dulu PSBB tiap PSBB selesai dilanjutkan, tapi saya merasa nggak ada bedanya dengan situasi non-PSBB, jadi itu yang dialami oleh responden kita," jelas Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, Minggu (18/10/2020).
"Jadi daripada tidak jelas ada PSBB atau tidak ada PSBB sami mawon (sama saja), ya lebih baik dihentikan saja. Yang penting pemerintah punya strategi yang clear terkait dengan penanganan COVID-19, masif testing, masif tracing, masif isolating," tambahnya.
Tonton juga 'Bundaran HI Masih Ramai, Wagub Riza: Disiplinkan Warga Tak Mudah':
(zap/gbr)