Ambulans sudah beberapa kali terseret dalam demonstrasi besar di Indonesia. Dari mulai demonstrasi protes Pilpres 2019 hingga demonstrasi omnibus law UU Cipta Kerja. Cerita 'sulit' juga pernah dialami ambulans yang berada di tengah konflik Palestina di Israel.
Ada cerita-cerita soal kesulitan ambulans di wilayah Tepi Barat yang masih menjadi sengketa kedua negara.
Pada tahun 2017, seperti yang dilansir Reuters, pasukan Israel menangkap dua warga Palestina atas kecurigaan keterlibatan dalam bentrokan yang memicu penembakan mati seorang warga Palestina di wilayah Tepi Barat. Ada pula seorang sopir ambulans yang ditangkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaku penembakan adalah seorang warga Israel yang melepas tembakan setelah mobilnya dikepung dan dilempari batu oleh para demonstran Palestina. Insiden itu terjadi saat warga Israel tersebut mencoba untuk terus melaju melewati para demonstran di dekat pos pemeriksaan militer di Tepi Barat pada Kamis (18/5/2017).
Usai bentrokan maut itu, pasukan Israel menangkap Yussef Derieh, seorang sopir ambulans dari desa Aqraba, dekat kota Nablus, Tepi Barat, yang membelokkan kendaraannya ke jalur berlawanan dan menghalangi mobil warga Israel tersebut.
Pasukan Israel juga menahan seorang warga Palestina lainnya, yang tidak disebutkan identitasnya. Selain menangkap kedua pria Palestina itu, tentara Israel juga menyita ambulans dan sebuah bus yang digunakan untuk mengangkut sebagian demonstran.
Saat kejadian, ratusan warga Palestina berunjuk rasa di pos militer Huwara, di selatan Nablus, yang telah beberapa kali menjadi lokasi bentrokan antara tentara-tentara Israel dan demonstran Palestina yang melemparkan batu. Aksi protes tersebut digelar untuk mendukung para tahanan Palestina di penjara-penjara Israel yang melakukan aksi mogok makan sejak 17 April.
Ternyata posisi sulit ambulans juga masih terjadi di tahun selanjutnya. Pada tahun 2018, seperti dilansir Middle East Monitor, pemukim Israel di Hebron, Tepi Barat melempari ambulans Palestina yang hendak menjemput pasien, di hadapan tentara Israel. Insiden ini dilaporkan oleh LSM hak asasi manusia B'Tselem.
Tonton juga 'Warga Palestina Bentrok dengan Pasukan Israel':
Pada 17 November 2018, warga berusia 72 tahun dan ibu dari 11 anak Firyal Abu Haikal merasa tidak enak badan, dan meminta ambulans dari Bulan Sabit Merah. Firyal tinggal di Tel Rumeidah, sebuah lingkungan di Hebron, di Tepi Barat yang diduduki pemukim Israel, yang "menjadi sasaran pembatasan ketat terhadap pergerakan yang diberlakukan oleh militer Israel".
"Pembatasan, yang ditingkatkan pada 2015, bersama dengan serangan berulang-ulang oleh pemukim telah membuat kehidupan penduduk setempat seperti neraka," ujar B'Tselem.
"Saya menelepon beberapa kali agar ambulans bergegas dan setiap kali mereka memberi tahu saya bahwa ambulans sedang dalam perjalanan," kata Firyal.
"Saya duduk memegang telepon sepanjang waktu, menunggu, tetapi ambulans tidak juga datang. Ketika saya menelepon lagi, mereka memberi tahu saya bahwa para pemukim telah melemparkan batu ke ambulans."
Menurut B'Tselem Bulan Sabit Merah mengoordinasikan kedatangan ambulans dengan militer Israel melalui ICRC (Komite Internasional Palang Merah), sebuah prosedur wajib karena pembatasan perjalanan yang diberlakukan Israel di lingkungan tersebut.
Setelah melewati dua pos pemeriksaan, ambulans tiba-tiba diserang oleh sekelompok sekitar 15 warga di pemukiman Israel. Mereka menggedor-gedor kaca ambulans dan melecehkan kru.
Ketika seorang tentara mendekat, para pemukim mulai melempar batu ke ambulans, dengan beberapa batu menembus dua jendela belakang.
B'Tselem menyatakan bahwa aturan yang diberlakukan oleh otoritas Israel di pusat kota Hebron secara eksplisit didasarkan pada 'prinsip pemisahan': pemisahan secara hukum dan fisik antara penduduk Palestina dan pemukim Israel. Inilah yang membuat posisi ambulans menjadi sulit.
Sebagaimana diketahui, pada Juli 2020 lalu Israel hendak melakukan aneksasi terhadap wilayah Tepi Barat. Namun, rencana ini ditangguhkan sementara usai negara itu meneken kesepakatan dengan Uni Emirat Arab (UEA).