Pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus pembunuhan terhadap Pendeta Yeremias Zanambani sempat ditolak pihak tertentu. Bahkan, saat hendak menuju sebuah lokasi untuk menemui para saksi, TGPF sempat dihujani tembakan di tengah jalan.
Toh, tim investigasi yang dipimpin Benny J Mamoto itu tak ciut nyali. Mereka terus bergerak dan meyakinkan para saksi, terutama pihak keluarga Pendeta. Pensiunan jenderal bintang dua yang berpengalaman menangani isu terorisme dan narkoba itu sadar betul, membangun kepercayaan masyarakat adalah kunci.
"Karena itu, kami datang dengan senyuman, dengan hati," kata Benny Mamoto dalam program Blak-blakan di detikcom, Jumat (16/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah pertama yang dilakukan TGPF, dia melanjutkan, mengunjungi makam Pendeta Yeremias. Mereka nyekar dan melakukan doa bersama. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan empati dan membangun kepercayaan. Sebab, mereka dan para saksi lain nyaris memblokade akses untuk komunikasi.
Dari situ lalu menemui isteri dan keluarga besar Pendeta. Kepada mereka, Tim menjelaskan prosedur yang perlu dilakukan bila mereka ingin mendapatkan keadilan. Anggota TGPF yang kebetulan satu gereja dengan pendeta dan keluarga serta menguasai bahasa lokal menjadi penghubung.
Setelah berbicara dari hati ke hati, panjang-lebar, keluarga setuju untuk menandatangani BAP (berita acara penyidikan) yang dibuat polisi. "Keluarga juga mengizinkan jenazah Bapak Pendeta untuk diautopsi," kata Benny Mamoto, yang juga Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas)
Andai masa kerja TGPF yang akan berakhir 17 Oktober tak diperpanjang, dia berharap dapat menyaksikan proses autopsi jika kondisi memungkinkan. "Saya akan datang sebagai (Ketua Harian) Kompolnas," ujarnya.
(jat/fjp)