Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Arif Satria menilai perlu ada forum mediasi antara perguruan tinggi dan dunia industri. Menurutnya, hal ini terjadi karena banyaknya kasus inovasi perguruan tinggi sengaja dimatikan pelaku industri.
"Untuk memediasi adanya konflik perguruan tinggi dan industri tersebut, kita memerlukan sebuah lembaga yang berfungsi memediasi konflik antar-perguruan tinggi dengan dunia industri tersebut," ujar Arif dalam keterangan tertulis, Kamis (15/10/2020).
Hal ini diketahui, disampaikan Arif dalam acara Webinar yang bertajuk 'How to Build Sustainable Collaboration between University and Industry'. Acara juga disebut dihadiri oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN, Rektor Universitas Bakrie, dan Ketua I-4.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain munculnya gagasan lembaga mediator perguruan tinggi-inovasi, Arif, yang juga Rektor IPB University, menyampaikan delapan strategi untuk pengembangan inovasi dan kerjasama industri. Pertama, perlunya sinergi program kerja sama riset dan inovasi antarlembaga riset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dan dunia usaha.
Selanjutnya, terkait implementasi teknologi baru melalui pilot plant. Hingga perlunya audit teknologi yang dinilai tidak laik untuk industri.
"Kedua, implementasi teknologi baru melalui pilot plant. Ketiga, perlunya insentif bagi industri yang R&D-nya bekerja sama dengan perguruan tinggi, seperti tax deduction," kata Arif.
"Keempat, pemberian insentif kepada unit R&D dan peneliti yang produknya komersial di industri. Kelima, perlunya audit teknologi yang dinilai tidak laik untuk industri," sambungnya.
Keenam, perlunya mendorong pusat-pusat inovasi pada wilayah pusat pertumbuhan industri. Ketujuh, perlunya asuransi inovasi. Terakhir, pembentukan science techno park di daerah untuk mendorong pengembangan teknologi dan inovasi di setiap daerah.
(dwia/imk)