Wakapolsek Palmerah AKP Bachrudin sempat menantang pala pelaku tawuran untuk uji nyali di gedung angker area Polsek Palmerah, Jakarta Barat. Hal itu ia lakukan agar para remaja kapok tawuran. Lalu seperti apa gedung angker itu?
Gedung angker itu tak lain adalah Gedong Tinggi, bangunan bersejarah peninggalan VOC. Gedong Tinggi itu merupakan vila milik pejabat tinggi VOC Andries Hartsinck.
detikcom menengok Gedong Tinggi tersebut pada Sabtu (3/10/2020). Bangunan dua lantai bergaya Eropa itu memiliki dua lantai. Pada lantai atas bangunan terdapat 4 jendela besar, sedangkan di lantai 1 memiliki teras yang luas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini bangunan tersebut dimanfaatkan Polsek Palmerah sebagai tempat pelayanan masyarakat dan ruang Unit Sabhara. Lantai 2 dibiarkan kosong karena lantainya sendiri sudah cukup rapuh.
"Lantai bawah buat kantor, buat Unit Humas, Sabhara, sama pelayanan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). Atas kosong, cuma barang-barang yang kita punya saja, misal ada tenda-tenda, besi-besi," kata Bachrudin.
Untuk mengurangi kesan angker, lampu-lampu yang ada di semua ruangan tidak pernah dimatikan. Jendela di sisi kiri, kanan, dan depan bangunan juga selalu dibuka, selain untuk sirkulasi udara.
"Lampu-lampu tetap kita nyalakan biar nggak angker. Kita tidak mengatakan tempat ini angker, sih. Dengan jendela selalu dibuka, supaya nggak ada kesan angker gitu," ucapnya.
Tonton video 'Tawuran Antar Remaja Depok, 1 Korban Tewas Dibacok':
Gedong Tinggi merupakan bangunan cagar budaya. Sayangnya, bangunan bersejarah itu kurang terawat. Beberapa tiang fondasi sudah keropos.
Sebagian masyarakat setempat menyebut bangunan itu gedung angker. Ada cerita-cerita mistis soal gedung itu.
Bahrudin sendiri, sebelum menjadi Wakapolsek Palmerah, sudah kurang-lebih 30 tahun bertugas di situ. Selama bertugas di sana, Bachrudin mengaku pernah mendengar suara-suara seperti besi jatuh serta suara orang berjalan dari lantai dua.
"Saya dulu mulai tahun 89 sampai 2019 awal saya tugas di sini. Jadi 30 tahun saya di sini. Saya pindah ke Polres Jakbar menjadi Kasi Humas. Humas Polres langsung pindah ke Tanjung Duren, jadi Kanit Tibnas. Cuma kepotong 1 tahun 6 bulan saya kembali ke sini jadi Wakapolsek. Ya cuma itu, kadang-kadang suka ada suara malam-malam apaan, besi kan berat kalau disenggol kucing kan nggak kuat kucing, prank ... 'apaan tuh?'," ujarnya.
"Kan itu (lantai atas) alasnya kayu, kita di bawah denger kayak ada yang jalan duk ... duk ... duk ... 'Hei, ngapain di atas?', aku bilang gitu. Aku udah berteman kira-kira gitu sama mereka," tuturnya.