Andai Boleh Kapolri Tempeleng Pilot Heli Pembubar Massa Aksi

Round-Up

Andai Boleh Kapolri Tempeleng Pilot Heli Pembubar Massa Aksi

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 01 Okt 2020 04:08 WIB
Kapolri Jenderal Idham Azis
Kapolri Jenderal Idham Azis. (Foto: dok. istimewa)
Jakarta -

Helikopter milik Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) yang terbang rendah untuk membubarkan massa setahun tewasnya mahasiswa Universitas Halu Oleo, Randi dan Yusuf dibahas dalam rapat kerja Komisi III DPR dengan Kapolri Jenderal Idham Azis. Kapolri lalu memberikan penjelasan.

Awalnya, anggota Komisi III DPR Fraksi Golkar, Supriansa, menyampaikan protes soal heli Polda Sultra yang sempat terbang rendah untuk membubarkan pendemo. Supriansa meminta Idham mengungkap motif pembubaran massa dengan helikopter tersebut.

Supriansa mengungkapkan para mahasiswa itu melakukan aksi untuk menuntut keadilan atas tewasnya kawan mereka. Namun nahas, aksi mereka dibubarkan helikopter yang terbang rendah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Helikopter Polda Sultra terbang rendah di atas massa aksi setahun tewasnya RandyHelikopter Polda Sultra terbang rendah di atas massa aksi setahun tewasnya Randy. (Foto: dok. istimewa)

"Mereka bersedih sebenarnya, karena mereka menganggap bahwa masih ada pihak-pihak mungkin bisa terlibat tetapi tidak diusut tuntas masalah itu. Mereka bangkit. Lalu helikopter terbang rendah di sana. Untung baik saja helikopter tidak jatuh, coba bayangkan kalau jatuh di situ, Pak Kapolri," kata Supriansa dalam rapat Komisi III bersama Kapolri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (30/9/2020).

Menurut Supriansa, pola pembubaran massa dengan helikopter baru sekali ini dilihatnya. Supriansa menyebut selama dirinya menjadi aktivis mahasiswa, polisi belum pernah membubarkan aksi seperti yang terjadi di Kendari.

ADVERTISEMENT

"Pola penanganan kita ini adalah hal model baru yang saya saksikan. Saya aktivis mahasiswa, Pak. Selama saya di kampus, saya menjadi ketua umum senat mahasiswa, saya tidak pernah mengalami yang namanya dibubarkan dengan cara helikopter terbang rendah," ungkapnya.

Karena itulah, ia meminta Kapolri mengusut motif diterbangkannya helikopter itu untuk membubarkan massa aksi. Supriansa juga meminta Polri menggunakan cara pendekatan yang baik dalam penanganan demonstrasi.

Menanggapi protes tersebut, Kapolri menegaskan pilot helikopter itu sudah diperiksa Propam Polri. "Itu pilotnya itu udah saya tindak itu, dan sudah diperiksa sama Propam itu. Itu ngarang-ngarang aja itu, tidak ada SOP-nya di udara itu, yang di Kendari itu," kata Kapolri.

Kapolri mengungkapkan pilot helikopter itu kini telah ditindak. Dalam kesempatan itu, Kapolri pun geram. Bahkan, Kapolri mengatakan, jika boleh, dirinya akan menempeleng si pilot.

"Udah saya tindak, itu pilotnya ngarang-ngarang itu. Cuma sekarang nggak boleh main tempeleng-tempeleng, jadi diperiksa Propam saja. Kalau masih boleh, saya tempeleng itu," tegasnya.

Helikopter milik Polda Sultra terbang rendah untuk membubarkan massa aksi setahun tewasnya mahasiswa Universitas Halu Oleo, Randy dan Yusuf. Polda Sultra memastikan pilot heli tersebut melakukan manuver tanpa izin atasan.

"Pilotnya manuver sendiri," ujar Kabid Humas Polda Sultra AKBP Ferry Walintukan dalam keterangannya kepada detikcom di Kendari, Senin (28/9).
Pilot tersebut diketahui menerbangkan helikopter ke atas massa mahasiswa dari berbagai universitas yang tengah berunjuk rasa di Mapolda Sultra, Kendari, Sabtu (26/9). Saat itu massa berunjuk rasa dalam rangka setahun tewasnya mahasiswa UHO, Randy dan Yusuf, yang tewas tertembak polisi saat unjuk rasa di DPRD Sultra pada 26 September 2019.

Saat massa tengah menyampaikan orasinya di Mapolda Sultra, datang helikopter milik Polda Sultra dan terbang rendah di atas massa. Seketika sampah dan debu di dekat massa aksi beterbangan dan membuat jarak pandang menjadi minim. Massa pun kocar-kacir membubarkan diri.

Tindakan sang pilot helikopter lantas berbuntut panjang. Pilot, kopilot, dan dua mekanik diperiksa Polda Sultra lantaran bertindak tanpa izin atasan.

Plh Kabid Humas Polda Sultra Kombes Laode Proyek mengungkapkan, berdasarkan pemeriksaan, aksi pilot itu diawali dari kegiatan pemberian imbauan lewat helikopter. Namun, saat hendak mengimbau kepada massa agar tidak ricuh, alat pengeras suara helikopter tersebut rusak.

"Terjadi kerusakan pada peralatan untuk memberikan imbauan. Suaranya tidak keluar. Kemudian coba lagi, tapi tidak bisa sehingga kembali ke markas di Polda," kata Laode saat dihubungi detikcom, Selasa (29/9).

Laode juga menjelaskan terbangnya helikopter tersebut memang rutin dalam rangka melakukan pantauan udara. Namun, dia menegaskan, manuver sang pilot terbang rendah di atas massa aksi tidak diketahui Kapolda Sultra.

Halaman 2 dari 3
(aan/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads