Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai salah satu alasan kasus Corona (COVID-19) di Tanah Air terus meningkat adalah karena tingkat tracing terkait Corona masih rendah. Kenapa?
Hal itu diungkapkan Qodari saat memaparkan data dalam acara Webinar Nasional Seri 2 KSDI 'Strategi Menurunkan COVID-19, Menaikan Ekonomi' di akun YouTube KSDI, Minggu (20/9/2020). Qodari menilai data tracing saat ini masih kecolongan karena dia menilai saat ini pemerintah lebih menekankan testing dibanding tracing.
"Kita menekankan agar kajian-kajian terakhir menekankan agar kontak tracing jadi orang yang berinteraksi dengan pasien COVID, walaupun dia tidak ada gejala itu, tetap harus dikarantina dan harus dites, Jadi jangan menunggu ada gejala dulu baru dikarantina, atau dites," ujar Qodari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun mencontohkan soal kasus Ketua KPU Arief Budiman dan anggota KPU Pramono Ubaid yang dinyatakan positif Corona saat swab ketika hendak bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Pramono ketahuan positif saat di-tracing karena berkontak dengan Arief.
"Informasi dari risetnya Pak Iwan, 86 persen orang positif COVID adalah tanpa gejala, contohnya adalah Pak Arief Budiman, Ketua KPU itu OTG; Pramono Ubaid, anggota KPU, juga OTG, kasusnya Pak Arief dari mana dia tahu karena dia akan bertemu dengan Bapak Presiden, jadi ketahuannya saat mau ketemu Pak Presiden karena di swab positif," jelasnya.
"Saya mau katakan kita aspek selama ini sebetulnya kecolongan atau kedodoran ya," imbuhnya.
Qodari menilai saat ini yang terpenting adalah tracing. Menurutnya, kunci memberantas Corona adalah tracing bukan testing.
"Kuncinya bukan di testing, tapi pada tracing kontak, dimaksud tracing adalah kalau positif COVID, maka kontak erat saya misal istri, anak, sopir saya, orang yang rapat sama saya itu dicari orangnya, didatangi, di tes gitu," katanya.
Untuk kondisi tracing Indonesia, Qodari menyebut tracing di Indonesia masih dibilang rendah. Dia menyebut tracing Indonesia masih di bawah WHO.
"Bagaimana tracing di Indonesia terutama di September 2020? Pertama soal testing kita masih di bawah WHO, kemudian tracing juga di bawah WHO dan boleh dibilang selama ini tidak pernah disampaikan, pejabat sering bicara testing, tapi jarang sekali bicara tracing," ucapnya.
(zap/gbr)