Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta agar polisi segera menelusuri identitas oknum yang mengaku dokter, yang diduga melecehkan seorang perempuan berinisial LHI saat menjalani rapid test di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). IDI menyatakan bersedia membantu aparat dalam mengusut kasus tersebut.
"Harapan kami kejadian ini agar tidak terulang lagi. Dan langkah-langkah yang perlu ditempuh, di antaranya menelusuri kejadian ini, sehingga informasi yang ada itu bisa lengkap, dan dari aparat yang berwenang bisa melakukan penindakan," kata pejabat Humas PB IDI Halik Malik saat dihubungi detikcom, Minggu (20/9/2020).
"Apapun nanti yang diperlukan, dari IDI akan memberikan keterangan atau membantu ikut men-support lah," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun IDI tak mau berspekulasi. IDI, kata Halik, hanya bisa menyarankan agar kasus tersebut diusut.
"Kami tidak bisa menduga-duga. Yang kami bisa sarankan, jadi kami berharap aparat dan pihak yang berwenang lainnya bisa melakukan penindakan terhadap kejadian-kejadian seperti ini, karena ketika ada klaim dokter atau penyebutan dokter itu tentu bisa dikonfirmasi melalui sumber-sumber tepercaya dan akurat," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, IDI telah memastikan bahwa oknum dokter yang dimaksud bukanlah anggota mereka. Di sisi lain, polisi masih terus melakukan penyelidikan.
Seperti diketahui, kejadian tersebut disampaikan LHI melalui akun Twitter @listongs. Melalui sebuah thread, dia membagikan cerita terkait dugaan pemerasan dan pelecehan seksual saat menjalani pemeriksaan rapid test di Bandara Soetta pada Minggu, 13 September 2020.
Kemudian LHI menceritakan bahwa dia tiba di Bandara Soetta sekitar pukul 04.00 WIB pagi untuk melakukan rapid test di tempat resmi di Terminal 3. Korban pun awalnya yakin hasil rapid akan nonreaktif lantaran dia yakin tidak pernah berada pada komunitas yang terpapar Corona.
Namun, saat hasil rapid test keluar, dia dinyatakan reaktif Corona. Di sinilah korban mengaku mengalami pemerasan dengan dalih data rapid test bisa diganti untuk kepentingan penerbangan.
Singkat cerita, LHI mengaku tetap dipaksa lakukan rapid test ulang dengan membayar Rp 150 ribu. Dia pun akhirnya dibawa ke tempat sepi dan diminta memberikan uang tambahan senilai Rp 1,4 juta.
"Di situ dokternya bilang 'mba, saya kan sudah bantu mba nih, bisa lah mba kasih berapa, saya juga sudah telpon atas sana sini, bisa lah mba kasih', di situ aku kaget dong, yaudahlah karna gamau ribet juga aku tanyain langsung 'berapa?', si dokter jawab 'mba mampunya berapa? Misal saya sebut nominalnya takut nggak cocok' hhh si anj*ng, yaudahlah aku asal jawab 'sejuta?', eh si dokter miskin ini jawab 'tambahhin dikit lah mba' si t*i yaudah karna aku males ribet orangnya, aku tambahin jadi 1,4 juta," tulis LHI.
Tonton juga 'Polisi akan Datangi Wanita di Bali yang Ngaku Dilecehkan di Soetta':
(zak/zak)