Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menyambut kepulangan Dai MUI Berkhidmah yang bertugas di Papua Barat. Acara pisah-sambut digelar daring (online) karena penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta.
Kelima Dai Berkhidmah ramah tamah dengan MUI Pusat sebelum kembali ke kampung halaman masing-masing. Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Cholil Nafis mengucapkan terima kasih dan selamat datang kepada para dai yang telah berkhidmah setahun penuh di Papua Barat.
"Kami mendengar laporan dari MUI Papua Barat bahwa para dai telah menunaikan tugasnya dengan baik, sehingga masyarakat di sana menyambut kehadiran para dai dan saat berpisahan mereka pun haru serta mengharap mereka dapat balik kembali ke sana," kata Cholil dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para dai kembali ke Jakarta pada Minggu (13/9) malam karena pesawat mengalami delay. Cholil mengatakan program Dai MUI Berkhidmah bisa dibuat lebih besar lagi di waktu yang akan datang.
"Kalau kali ini baru 5 dai, ke depan insyaallah kita akan buat program yang lebih besar lagi, dengan personel yang lebih banyak dan wilayah yang lebih luas," ujarnya.
Diketahui, kelima dai ini selama setahun ditempatkan di lima kabupaten di Papua Barat, yaitu Manokwari Selatan, Kaimana, Bintuni, Raja Ampat, dan Sorong Selatan. Dalam acara ini, Ketua Bidang Dakwah, KH Abdussomad Buchori, turut menyambut para dai.
Dia memberi arahan agar para dai yang kembali dari Papua Barat tidak berhenti berdakwah. Dia berharap para dai terus mengembangkan ilmunya dengan mempelajari kitab tafsir, hadis, fikih, dan lainnya.
Dia berpesan agar para dai menuliskan pengalaman berdakwahnya di dalam sebuah buku untuk bahan acuan bagi dai-dai berikutnya yang akan dikirim ke daerah minoritas muslim dan daerah perbatasan pada masa yang akan datang.
Saat diminta menceritakan pengalamannya, para dai menceritakan dengan penuh semangat. Rata-rata mereka mengatakan bahwa masyarakat di sana sangat ramah dan dapat menjaga sikap toleransi. Mereka bercerita hidup sangat nyaman hidup di tengah-tengah masyarakat Papua. Di Papua Barat, mereka telah berdakwah dengan mengajar mengaji, mengajari tata cara ibadah, menjadi khatib salat Jumat, membina mualaf, dan turut serta dalam kegiatan sosial.
(jbr/azr)