MPR RI bekerja sama dengan Universitas Terbuka (UT) dalam hal Sosialisasi 4 Pilar MPR. UT yang menawarkan sistem pembelajaran jarak jauh dinilai relevan untuk penerapan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI berbasis daring.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menegaskan tantangan terbesar bangsa Indonesia bukan sebatas membangun konektivitas antarwilayah melalui pembangunan infrastruktur fisik, tetapi membangun konektivitas dalam ikatan kebangsaan.
Bamsoet bilang setidaknya ada tiga prioritas yang dapat dijadikan fokus perhatian, antara lain implementasi pemerataan pembangunan, pembangunan sumber daya manusia (SDM), dan pembangunan wawasan kebangsaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perguruan tinggi merupakan mitra penting MPR RI dalam berjuang membangun sumber daya manusia (SDM) yang tak hanya pintar secara akademik. Tetapi juga cerdas secara wawasan kebangsaan," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Sabtu (29/8/2020).
"Atas dasar itulah, MPR RI dan Universitas Terbuka menandatangani nota kesepahaman kerja sama (MoU) untuk mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI."
"Pembangunan wawasan kebangsaan tidak lahir secara alamiah. Melainkan proses berkesinambungan yang harus ditanam, dijaga, dan dirawat, agar terus tumbuh dan berkembang," sambung Bamsoet.
Mantan Ketua DPR RI ini menilai kehadiran Universitas Terbuka yang menawarkan platform pendidikan jarak jauh, sangat relevan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan tinggi bagi masyarakat yang tersebar di berbagai wilayah.
Didukung penetrasi internet mencapai 64 persen, yang menandakan 171,9 juta jiwa dari 268,6 juta penduduk Indonesia telah mengakses internet, memudahkan penerapan sistem pembelajaran jarak jauh sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI berbasis daring (online).
"Kita tak ingin berbagai persoalan menyangkut rendahnya kualitas SDM sebagaimana yang terjadi di tahun lalu, terulang kembali di tahun mendatang," ujar Bamsoet.
"Misalnya ditunjukan dalam survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2019 yang menempatkan kemampuan membaca, matematika, dan sains pelajar Indonesia pada peringkat ke-72 dari 77 negara,"
"Selain itu, data Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mencatat setiap tahunnya terdapat 1,8 juta dari total 3,7 juta lulusan pendidikan tingkat menengah yang terpaksa bekerja, tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi," tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga menyoroti pemerataan pembangunan yang belum sepenuhnya terwujud, sehingga menjadi beban bagi terwujudnya konektivitas kebangsaan yang kuat.
Terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, mayoritas kontribusi terhadap produk domestik bruto (sekitar 80,32 persen) masih berasal dari kawasan barat, yaitu Jawa sekitar 59 persen dan Sumatera sekitar 21,3 persen.
"Ini menandakan selain membangun infrastruktur fisik, pemerintah juga perlu menggalakkan kebijakan pendukung lainnya, seperti reforma agraria dan penciptaan lapangan kerja melalui UMKM," ujar Bamsoet.
Baca juga: Prahara (Lanjutan) Program Prakerja |
"Kampus juga tak boleh ketinggalan dalam menempa jiwa kewirausahaan para peserta didiknya. Sehingga jika lulus nanti, mereka tak semata menjadi tenaga kerja yang andal namun juga bisa membuka lapangan pekerjaan," pungkas Bamsoet.
Dalam acara penandatanganan MoU sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI tersebut turut hadir jajaran rektorat Universitas Terbuka, antara lain Rektor Prof. Ojay Darojat, Wakil Rektor IV Dr. Liestyodono Bawono Irianto, Dekan Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr. Sofjan Aripin, Dosen Universitas Terbuka Sjaiful Mifdar, dan Kepala Pusat Keilmuan Prof. Dr. Maximus Gorky Sembiring.
(mul/mpr)