20 Tahun Silam, Kejagung Pernah Dibom Usai Periksa Tommy Soeharto

ADVERTISEMENT

20 Tahun Silam, Kejagung Pernah Dibom Usai Periksa Tommy Soeharto

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 23 Agu 2020 12:18 WIB
Kebakaran Gedung Kejagung telah berhasil dipadamkan, Minggu (23/8/2020). Kini gedung yang telah hangus itu menjadi tontonan warga.
Gedung Kejagung yang hangus terbakar (Foto: Grandyos Zafna/detikcom)

BOM MELEDAK DI KEJAKSAAN AGUNG

Jakarta, Kompas

Sekitar pukul 18.05, Selasa (4/7), bom meledak di Gedung Bundar Kejaksaan Agung (Kejagung) yang terletak di Jalan Hasanuddin, Jakarta Selatan. Bom yang belum diketahui jenisnya ini meledak tepat di bagian belakang Gedung Bundar. Peristiwa ini terjadi hanya berselang sekitar satu jam setelah Hutomo Mandala Putera atau Tommy Soeharto meninggalkan Gedung Bundar, usai diperiksa sebagai saksi atas tersangka mantan Presiden Soeharto.

Tommy datang ke Gedung Bundar sekitar pukul 13.15 didampingi penasihat hukumnya, Juan Felix Tampubolon, dan selesai diperiksa sekitar pukul 17.00. Ia diperiksa berkaitan dengan pembelian tanah seluas 144 hektar di Desa Citeureup, Bogor, yang sekarang di atasnya dibangun Sirkuit Sentul. Tommy, melalui Yayasan Tirasa miliknya, membeli tanah tersebut dari Yayasan Supersemar seharga Rp 1,4 milyar. Sebagaimana biasa, usai diperiksa, Tommy tidak bersedia menjawab pertanyaan para wartawan dan bergegas masuk ke mobilnya.

Ledakan bom itu menimbulkan berbagai spekulasi. Jaksa Agung Marzuki Darusman kepada pers di sela-sela perayaan ulang tahun Kemerdekaan Amerika Serikat, Selasa malam, menyatakan prihatin atas pengeboman yang dilakukan pihak tertentu di saat Kejaksaan Agung sedang serius menuntaskan kasus KKN. Ia menduga pengeboman itu dilakukan oleh pihak yang tertekan.

Ledakan bom itu telah memorak-porandakan ruangan kamar kecil dan dapur yang ada di lantai dasar. Beberapa bagian dinding pada ruangan tersebut terlihat retak. Kaca pintu belakang dan kaca jendela ventilasi kamar kecil yang berada di lantai dasar juga hancur berantakan. Ledakan bom itu juga memorak-porandakan beberapa ruangan di lantai atasnya, terutama kamar kecil di lantai satu dan dua. Bahkan beberapa saat setelah terjadi ledakan, air mengucur dari kamar kecil di lantai satu.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Para petugas keamanan dalam sedang berada di bagian depan gedung. Ada seseorang yang sedang berada di kamar kecil pada saat bom itu meledak. "Saya enggak tahu dari mana arah ledakan itu, yang jelas suaranya di atas kepala saya. Saya langsung lari ke luar. Perasaan saya tadi sempat melayang dan pasrah saja. Untung tidak apa-apa, hanya memar di kepala," kata Benny, seorang sopir dari PT Bahana.

Sedang rapat

Saat terjadi ledakan, sebagian besar jaksa masih menyelesaikan tugas-tugasnya. Bahkan, saat itu, di sebuah ruangan di lantai lima sedang ada rapat untuk mengevaluasi suatu kasus yang dipimpin Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (JAM Pidsus) Ramelan. Karuan gelegar bunyi ledakan bom tersebut sempat mengagetkan para jaksa. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, listrik di Gedung Bundar langsung dimatikan.

"Saya dan beberapa orang staf sedang rapat di kamar saya di lantai lima. Kami sedang mengevaluasi suatu kasus. Di situ ada Kajari Jakarta Selatan (Jaksel), Direktur Penuntutan, Aspidsus Kajati DKI, Direktur Penuntutan, juga Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus Bank Bali Pak Antasari (Azhar). Tiba-tiba terdengar ledakan dan terasa getaran yang kuat. Kemudian saya minta Pak Antasari untuk mengeceknya," kata JAM Pidsus Ramelan ketika ditanya wartawan. Ramelan tidak bersedia mengatakan kasus apa yang sedang dievaluasi itu.

Ditanya apakah peristiwa tersebut terkait dengan pemeriksaan Tommy, untuk meneror para jaksa yang menangani kasus Soeharto, Ramelan mengatakan, "Enggak tahu kalau itu, mudah-mudahan tidak. Kami enggak akan gentar. Kami semua, kan, bagian dari menegakkan keadilan. Tekad kami kan, menegakkan, keadilan sekalipun langit akan runtuh. Kami tidak akan mundur," tandas Ramelan.

Ketika ditanya bagaimana pendapat pihak Kejagung atas peristiwa tersebut, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Yushar Yahya mengatakan, Kejagung menyerahkan kasus ini sepenuhnya pada pihak kepolisian.

Masih diteliti

Hingga berita ini diturunkan, tim Gegana Polri masih meneliti dan memeriksa lokasi ledakan. Kepala Kepolisian Resor (Polres) Jakarta Selatan Senior Superintendent (Kolonel Polisi) Edward Aritonang yang langsung memimpin tim Gegana Polri mengatakan, pihaknya masih meneliti penyebab ledakan tersebut. Apakah itu bom, dan kalau bom, apa jenisnya dan di mana diletakkan.

Selain itu, pihaknya juga telah menanyai tiga orang saksi yang saat terjadi ledakan ada di sekitar lokasi tersebut, di antaranya Benny dan Rudi (sopir jaksa Nurdin Rachman). Jaksa yang sehari-hari bertugas di Kejaksaan Negeri Jaksel ini adalah jaksa pembantu JPU Kasus Bank Bali atas tersangka Joko Soegiarto Tjandra. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, polisi mengamankan ketiga saksi tersebut ke Polres Jaksel.

"Sebab-sebab ledakan ini masih kami selidiki. Anda lihat kami masih bekerja. Jadi, belum diketahui apa itu bom atau apa. Jenisnya apa dan posisinya di mana sebelum meledak. Kami baru mencocokkan keterangan para saksi dan hasil pemeriksaan Gegana," kata Aritonang. Dikatakan, kasus ini ditangani Kepolisian Daerah Metro Jaya. (ika/bdm)


(dhn/tor)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT