Menko PMK Muhadjir Effendy sempat mengatakan keluarga miskin baru muncul dari pernikahan antarpasangan yang miskin. Dia mengungkapkan beberapa solusi pemerintah guna mencegah lahirnya rumah tangga miskin baru, di antaranya Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Prakerja.
Hal ini diungkapkan Muhadjir dalam seminar virtual bertajuk 'Pembukaan Simposium Internasional PPI Dunia XII' yang disiarkan di YouTube PPI TV, Sabtu (15/8/2020). Dia mengatakan proses perkawinan dari pasangan miskin dapat melahirkan rumah tangga miskin baru apabila dilakukan tanpa adanya intervensi pemerintah.
"Mungkin sempat mendengar ada kontroversi pernyataan saya, bahwa sebetulnya yang harus kita perhatikan adalah munculnya kemiskinan itu adalah justru dari kalangan muda yang bersumber dari proses perkawinan dari rumah tangga miskin, yang itu bisa melahirkan rumah tangga miskin baru," kata Muhadjir dalam paparannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu sama pasangan muda apabila tak ada intervensi yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Jadi sekali lagi catatannya itu, tidak ada intervensi," imbuhnya.
Eks Mendikbud ini mengatakan intervensi pertama yang dilakukan pemerintah adalah memberikan bantuan di bidang pendidikan. Bantuan tersebut berupa KIP dan KIP Kuliah.
Menurutnya, bantuan itu adalah salah satu keseriusan pemerintah guna memotong rantai kemiskinan, khususnya rantai kemiskinan yang dimulai dari keluarga rumah tangga miskin.
"Kemudian intervensinya apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk anak muda ini, terutama di kalangan miskin? Yaitu, pertama memberikan melalui jalur pendidikan. Jalur itu antara lain dibukanya misalnya program KIP," ujar Muhadjir.
"Tapi itu untuk menunjukkan kesungguhan pemerintah untuk memotong mata rantai kemiskinan yang dimulai dari keluarga rumah tangga miskin itu," imbuhnya.
Lebih lanjut Muhadjir menuturkan Kemenko PMK juga sedang merancang berbagai macam intensif dan bimbingan guna memutus rantai kemiskinan. Mulai bimbingan terkait kesehatan, bimbingan finansial, hingga nilai-nilai moral dalam berkeluarga.
"Jadi, kalau mau menikah, mereka harus ada bimbingan. Bimbingannya itu dulu bimbingannya itu hanya berkaitan dengan keagamaan. Tapi sekarang harus dilengkapi dengan mempersiapkan dia secara ekonomi. Dalam kesehatan keluarga, khususnya kesehatan reproduksi, dan juga berkaitan dengan etika dan nilai-nilai kekeluargaan," papar Muhadjir.
Selain itu, menurutnya, ada juga Kartu Prakerja yang bisa dipakai oleh pasangan muda dari keluarga miskin untuk pengembangan diri. Dia meyakini bantuan itu kelak dapat membantu mereka secara ekonomi.
"Misal, akan kita hubungkan calon pasangan muda dari keluarga tidak mampu atau pasangan miskin ini, dengan skema Kartu Prakerja untuk mereka yang belum memiliki keterampilan produktif, dan mereka akan dihubungkan dengan sumber-sumber pendanaan, kalau mereka belajar kewirausahaan," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Muhadjir juga mengatakan ada empat tantangan utama dalam membangun pemuda Indonesia. Pertama, adalah terkait penggunaan narkoba di kalangan muda yang sudah masuk ke lingkup perdesaan.
"Masalah strategis yang dihadapi, pertama, penggunaan obat terlarang di kalangan pemuda. Perlu saya beri background sedikit tentang ini. Jadi penggunaan obat-obat terlarang ini sudah tidak lagi di kalangan anak muda, sudah tidak dimonopoli oleh anak di perkotaan," kata Muhadjir.
"Jadi anak muda perdesaan sudah mulai menggunakan ini, seiring banyak jalan tikus di perbatasan dan penyelundupan obat-obat terlarang ini," sambungnya.
Selanjutnya adalah tantangan terkait banyaknya pengangguran muda. Menurutnya, banyak anak Indonesia yang belum memiliki mental siap kerja usai lulus dari sekolah.
"Yang perlu diketahui bahwa salah satu penyebab pengangguran ini bukan karena tidak ada keterampilannya atau tidak tersedianya lapangan kerja, tapi soal mental. Jadi banyak sekali anak muda, terutama lulusan SMA, SMK, tidak siap masuk ke dunia kerja," ucap Muhadjir.
Selanjutnya, Muhadjir juga menyoroti soal perilaku moral anak muda. Dia mengatakan banyak anak muda yang terinfeksi HIV di rantang usia 15-19 tahun.
"Kemudian berkaitan perilaku moral, dan ini juga jadi tantangan kita. Di Indonesia ini ada 63,8 persen jumlah anak Indonesia yang terinfeksi HIV, yang rata-rata usianya 15-19 tahun," ujar Muhadjir.
Terakhir, Muhadjir menyinggung rendahnya keterlibatan pemuda dalam masyarakat. Menurutnya, peran pemuda di masyarakat perlu ditingkatkan.
"Kemudian keterlibatan pemuda dalam berbagai macam hal masih sangat rendah, hanya 6,7 persen, dan ini jadi tanggung jawab kita bagaimana supaya kegiatan pemuda lebih ditingkatkan," ungkap Muhadjir.