Pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memotivasi semua pihak untuk tak putus asa menghadapi pandemi virus Corona (COVID-19) yang menyebabkan krisis di Indonesia. Tak hanya itu, Jokowi juga sempat berbicara mengenai demokrasi di Indonesia hingga menyentil pihak-pihak yang merasa paling agamis dan Pancasilais.
Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD digelar di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Jokowi menegaskan, demokrasi di Indonesia menjamin kebebasan dan menghargai hak orang lain.
"Demokrasi memang menjamin kebebasan, namun kebebasan yang menghargai hak orang lain. Jangan ada yang merasa paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan. Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri," ujar Jokowi seperti disiarkan saluran YouTube Sekretariat Presiden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi tak menyebut siapa pihak yang merasa paling agamis dan Pancasilais. Namun ia menyindir pihak-pihak yang memaksakan kehendak karena merasa paling benar.
"Semua yang merasa paling benar dan memaksakan kehendak, itu hal yang biasanya tidak benar," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi kebersamaan serta penuh toleransi. Dengan demikian, masa-masa krisis karena pandemi ini bisa ditangani.
"Kita beruntung bahwa mayoritas rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, menjunjung tinggi kebersamaan dan persatuan, penuh toleransi dan saling peduli, sehingga masa-masa sulit sekarang ini bisa kita tangani secara baik," kata Jokowi.
Presiden mengatakan penegakan nilai-nilai demokrasi tidak bisa ditawar. Demokrasi di Indonesia, kata Jokowi, harus berjalan dengan baik.
"Penegakan nilai-nilai demokrasi juga tidak bisa ditawar. Demokrasi harus tetap berjalan dengan baik, tanpa mengganggu kecepatan kerja dan kepastian hukum, serta budaya adiluhung bangsa Indonesia," tegas Jokowi.
Jokowi juga berbicara soal perilaku media saat ini. Menurutnya, media tidak seharusnya dikendalikan untuk mendulang 'klik' semata.
"Semestinya perilaku media tidak dikendalikan untuk mendulang klik dan menumpuk jumlah like, tapi seharusnya didorong untuk menumpuk kontribusi bagi kemanusiaan dan kepentingan bangsa," ujarnya.
Selain itu, Jokowi mengatakan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila tidak bisa dipertukarkan. Begitu pula dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta persatuan dan kesatuan nasional.
"Kita tidak bisa memberikan ruang sedikit pun kepada siapa pun yang menggoyahkannya," kata Jokowi.
Dalam pidatonya, Jokowi mengajak bangsa melakukan lompatan besar dan mengambil momentum dari krisis akibat virus Corona. Tak tanggung-tanggung, penekanan Jokowi soal pentingnya 'membajak momentum krisis' saat pandemi Corona disampaikan tiga kali saat pidato di Sidang MPR/DPR/DPD.
Selain soal 'membajak momentum krisis', Jokowi juga menekankan mengenai perlunya melakukan lompatan besar saat pandemi Corona. Ia juga mengaitkan pidatonya itu dengan seruan para pemuka agama dan tokoh budaya untuk menjadikan momentum pandemi ini menjadi kebangkitan baru.
"Krisis memberikan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan, untuk melakukan transformasi besar, dengan melaksanakan strategi besar. Mari kita pecahkan masalah fundamental yang kita hadapi," kata Jokowi.
"Kita lakukan lompatan besar untuk kemajuan yang signifikan. Kita harus bajak momentum krisis ini. Kita harus serentak dan serempak memanfaatkan momentum ini. Menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara maju. Menjadikan Indonesia Maju yang kita cita-citakan," sambungnya.