"Kemarin kita sudah koordinasi sama Pertamina, nah itu dia bilang kalo dia nggak ada yang bocor," kata Kasudin LH Kepulauan Seribu, Djoko Rianto Budi Hartono, ketika dihubungi, Rabu (12/8/2020).
Djoko mengatakan ada kemungkinan tumpahan minyak Pulau Pari berasal dari endapan yang muncul ke permukaan laut akibat turbulensi arus air laut. Namun, bisa juga ada kesengajaan dari suatu pihak yang membuangnya secara sembarang.
"Nah, dimungkinkan itu tumpahan lama yang tadinya ngendap terus kena turbulensi arus jadi naik ke permukaan. Kedua ada kapal yang memang sengaja melakukan pengurasan sisa minyak," ujarnya.
Belum ada temuan yang menjadi indikasi darimana asal tumpahan minyak itu. Jika sulit ditemukan, Djoko mengatakan pihaknya akan menyurati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait kasus ini.
"Belum ada, sejauh ini masih diselidiki, kita lagi concern ke penanganannya karena kalau kelamaan kan mengganggu biota laut juga, jadi kita fokus ke penanganannya dulu setelah terkumpul nanti kita bikin surat pengaduan ke KLHK, karena kan itu kaitannya dengan di laut lepas, jadi mungkin yang lebih tepat yang nanganin itu teman-teman KLHK," katanya.
Diketahui, tumpahan minyak itu terlihat muncul pada Selasa (11/8) sore. Djoko menyebut hingga saat ini terkumpul sebanyak 470 kantong tumpahan minyak. Dengan berat rata-rata 5 kg tiap kantongnya.
"Kemarin ada 380 ya, nah posisi tadi siang pukul 11.00 ada penambahan kurang lebih sekitar 90 kantong, totalnya 470 kantong," ujar Djoko. (eva/gbr)