Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 5,5 terjadi di Pulau Buru, Maluku. Gempa dirasakan warga hingga 4 detik.
Gempa terjadi pada Jumat (7/8), sekitar pukul 10.00 WIB. Gempa dengan kedalaman 10 km itu berada pada 116 km barat daya Buru dan 169 km barat laut Buru Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buru dan Buru Selatan, warga setempat merasakan getaran itu.
"Warga di Kabupaten Buru merasakan getaran gempa sedang sekitar 2 hingga 3 detik, sedangkan warga di Buru Selatan sekitar 3 hingga 4 detik," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangannya.
Tim Reaksi Cepat (TRC) Buru Selatan masih mengumpulkan informasi terkait dampak gempa. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan gempa tidak memicu terjadinya tsunami.
Raditya Jati menjelaskan BMKG mencatat gempa di sekitar Pulau Buru tersebut memiliki kekuatan skala IV Modified Mercalli Intensity (MMI). Skala IV bermakna warga yang berada di dalam dan luar rumah merasakan gempa, serta gerabah pecah, jendela aatu pintu berderik dan dinding berbunyi.
"Sementara itu, analisis berdasarkan InaRISK, Kabupaten Buru memiliki 10 kecamatan dengan potensi bahaya gempa bumi pada kategori sedang hingga tinggi. Cakupan wilayah dengan potensi bahaya tersebut seluas 64.244 hektar. Dilihat dari populasi terpapar, sebanyak 86.945 warga berada pada wilayah bahaya gempa bumi sedang hingga tinggi," paparnya.
Sedangkan wilayah Kabupaten Buru Selatan memiliki cakupan wilayah yang lebih luas dilihat dari luas wilayah dengan potensi bahaya gempa bumi sedang hingga tinggi. Luas bahaya mencapai 84.082 hektar dengan populasi terpapar 33.736 warga yang berada pada 4 kecamatan.
"Terkait dengan kesiapsiagaan, warga diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi gempa di wilayahnya, khususnya saat ini masih menghadapi situasi pandemi COVID-19. Ingat, bahaya yang mematikan bukan gempa, tetapi bangunannya," ujarnya.
Dia mengimbau warga mengidentifikasi struktur bangunan tempat tinggal dan diskusikan dengan keluarga tentang upaya terbaik untuk menghindar dari bencana.
"Lakukan bersama anggota keluarga untuk membuat rencana darurat keluarga, seperti posisi struktur bangunan yang kuat, tempat titik kumpul, akses keluar bangunan paling mudah dan aman," tuturnya.