Disorot Jokowi, Mengapa Kian Banyak Masyarakat Khawatir Corona?

Disorot Jokowi, Mengapa Kian Banyak Masyarakat Khawatir Corona?

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Senin, 03 Agu 2020 13:20 WIB
Poster
Foto: Ilustrasi Corona di Indonesia (Edi Wahyono)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan ada peningkatan kekhawatiran masyarakat terhadap virus Corona (COVID-19) akhir-akhir ini. Pakar epidemiologi menjelaskan penyebab dari kekhawatiran yang meningkat ini.

Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono menjelaskan kekhawatiran ini muncul dari masyarakat yang peduli terhadap situasi Corona di Indonesia. Menurutnya, kekhawatiran ini muncul akibat masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan.

"Masyarakat memang abai terhadap protokol kesehatan, apalagi adanya PSBB transisi ini. Seolah-olah diperbolehkan (beraktivitas)," ujar Miko saat dihubungi, Senin (3/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Selain itu, Miko menjelaskan bahwa kekhawatiran ini muncul karena program yang diturunkan dari Gugus Tugas ke Satgas penanganan Corona.

"Programnya sendiri sudah diturunkan dari gugus tugas ke Satgas, jadi ya pada saat ini udah programnya kurang, masyarakatnya abai, pastilah semua masyarakat yang peduli khawatir. Yang peduli. Yang nggak peduli nggak khawatir," jelas Miko.

"Benar gambaran Pak Jokowi itu. Ada masyarakat peduli yang khawatir," sambungnya.

Sementara itu, dosen Epidemologi Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani menjelaskan bahwa kekhawatiran ini muncul karena kesimpang siuran informasi terkait Corona. Dia pun mengungkit kasus musisi Anji yang sempat viral karena menghadirkan pria yang mengaku menemukan obat Corona.

Tonton video 'Jokowi Sebut Ada Kementerian Tak Tahu Prioritas dalam Tangani Covid-19':

[Gambas:Video 20detik]



"Karena informasinya tidak satu arah. Apalagi yang terakhir itu tentang Anji ya. Informasi yang simpang siur itu akan meningkatkan kekhawatiran masyarakat," tuturnya kepada detikcom.

Dia menjelaskan bahwa kekhawatiran ini bisa mengganggu psikologis masyarakat. Akibatnya, imunitas bisa terganggu pula.

"Jika kekhawatiran itu meningkat, secara psikologis terpengaruh. Imunitas bisa drop kalau psikis terganggu, akhirnya virus mudah masuk. Kalau informasinya satu arah, masyarakat jadi waspada bukan khawatir. Informasinya juga harus berbasis pada data," ucapnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut ada peningkatan kekhawatiran masyarakat terhadap virus Corona (COVID-19) akhir-akhir ini. Jokowi menduga salah satunya karena minimnya masyarakat yang mematuhi protokol kesehatan.

"Saya tidak tahu sebabnya apa, tetapi suasana pada minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat berada pada posisi yang khawatir mengenai COVID. Entah karena kasusnya meningkat atau terutama menengah atas melihat karena orang yang tidak taat pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit, tetapi semakin banyak," kata Jokowi dalam rapat terbatas penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang disiarkan di saluran YouTube Sekretariat Presiden, Senin (3/8/2020).

Berdasarkan data terakhir, ada 111.455 kasus virus Corona di Indonesia, 5.236 pasien meninggal dunia, dan 68.975 orang sembuh. Jokowi menyoroti angka kematian akibat virus Corona di Indonesia 0,8% lebih tinggi dibanding angka global.

Halaman 2 dari 2
(rdp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads