Nasiruddin Al-Thusi

Ilmuan Muslim Populer di Barat (11)

Nasiruddin Al-Thusi

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA - detikNews
Kamis, 30 Jul 2020 07:00 WIB
Poster
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Nasiruddin al-Thusi yang bernama lengkap Abu Ja'far Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan Nasiruddin Ath-Thusi. Ia dikenal sebagai tokoh multi talenta, karena itu wajar jika memiliki beberapa nama panggilan seperti Nasiruddin memiliki banyak nama antara lain, Muhaqqiq, Al-Thusi, Khuwaja Thusi, dan Khuwaja Nasirdikenal. Ia lahir pada tanggal 18 Februari tahun 597H/1201M, dikota Thus sebelah timur Iran dan wafat 672 H/1274M dikota Baghdad. Ia lahir dari keluarga ahli hukum, ayahnya mengajar di sekolah Imam Itsna 'Asyariyyah. Sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern sungguh tidak bisa diingkari. Selama hidupnya, ilmuan Muslim dari Persia ini mendedikasikan diri untuk mengembangkan berbagai disiplin ilmu, seperti astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hinga ilmu agama islam. Namanya di Barat sering disetarakan dengan teolog dan filsuf besar sejarah gereja seperti Thomas Aquinas dan ilmuan termasyhur Barat lainnya.

Baca juga: Al-Khawarizmi

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Abad ke 13, abad kelahiran Nasiruddin dunia Islam sudah mulai memasuki abad kesulitan karena krisis politik dan kepemimpinan dunia Islam dan kemajuan Eropa yang mulai menanjak. Saat bersamaan kekuatan militer Mongol yang begitu kuat menginvasi wilayah kekuasaan Islam yang amat luas. Kota-kota Islam satu persatu dihancurkan dan penduduknya dibantai habis tentara Mongol dengan sangat kejam. Kejayaan sains dan teknologi ilmuan Islam tidak luput dari kegancuran itu. Buku-buku penting karya ilmuan tersohor dibuang ke sungai menyebabkan berbulan-bulan sungai berubah warnanya menjadi hitam karena tinta buku.


Invasi militer Mongol mencapai Thus dan kota kelahiran Nasiruddin pun dihancurkan (1220M). Ketika situasi keamanan tak menentu, penguasa Islamiyah 'Abdurahim mengajak sang ilmuwan untuk bergabung. Tawaran itu tidak disia-siakannya, Nasiruddin pun bergabung menjadi salah seorang pejabat istana Islamiyah. Selama mengabdi di istana itu, Nasiruddin mengisi waktunya untuk menulis beragam karyanya yang penting tentang logika, filsafat, matematika, serta astronomi. Karya pertamanya adalah kitab Akhlaq-I Nasiri yang ditulisnya pada tahun 1232 M.

ADVERTISEMENT


Titik balik sejarah rezim Mongol berubah ketika pemimpim muda Mangol, Hulagu Khan (cucu Chinggis Khan) ternyata memiliki ketertarikan terhadap dunia keilmuan. Ketika ia menguasai istana Alamut (1251M), Nasiruddin yang dikenalnya sebagai ilmuan berbakat diberinya kesempatan untuk mengembangkan bakat keilmuannya. Ia pun memanfaatkan kesempatan ini berkarya di istana. Ia diangkat sebagai penasehat Hulagu di Istana. Meskipun sebagai panesehat pasukan Mangol, ia tidak mampu menghentikan agrisi pasukan Hulagu Khan membumi hanguskan kota metropolis intelektual Baghdad pada tahun 1258M. Peristiwa ini terjadi ketika dinasti Abbasiyah berada dalam kekuasaan Khalifah Al-Musta'sim yang memiliki banyak kelemahan.


Hulagu Khan memberi kesempatan Nasiruddin mengembangkan dunia sains, bahkan memfasilitasinya di dalam merancang Observatorium di Maragha, yang saat ini masih berdiri tegak di wilayah Azerbaijan. Observatorium Maragha ini beroperasi sejak tahun 1262M. Beberapa peralatan dan teknologi penguak luar angkasa yang digunakan di observatorium itu ternyata merupakan penemuan dari Nasiruddin, yang salah satunya yaitu Kuadran Azimuth. Selain itu juga, dia membangun perpustakaan di observatorium itu, koleksi buku-bukunya terbilang lengkap yakni terdiri dari beragam Ilmu-ilmu pengetahuan. Ditempat itu, Nasiruddin tak Cuma mengembangkan bidang astronomi tetapi juga filsafat dan matematika.


Observatorium Maragha berhasil mendeteksi pergerakan planet secara akurat. Ia juga menyelesaikan sebuah buku pintar astronomi berjudul: Zij-Ilkhani dan 'Ilm al-Hay'a berbahasa Persia lalu diterjemahkan kedalam bahasa arab. Perestasilainnya, Nasiruddin memodifikasi model semesta apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit.

(lus/lus)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads