Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan imbauan khusus kepada para khatib untuk tidak mengangkat isu radikalisme sebagai tema khotbah di Hari Raya Idul Adha. MUI menyarankan khatib memilih tema yang sifatnya positif.
"Insyaallah khatib-khatib ini kita sudah sepakat sudah satu perasaanlah ya bahwa akan sampaikan khotbah-khotbah yang berkaitan dengan membangun semangat optimis, semangat tidak menyerah semangat tidak putus asa untuk umat," kata Wakil Dewan Pertimbangan MUI Didin Hafidhuddin dalam Rapat Pleno Virtual Wantim MUI Ke-68, Selasa (28/7/2020).
Didin yakin khatib saat Idul Adha nanti akan menyerukan kegembiraan. Jadi, nantinya masyarakat Indonesia dapat merayakan Idul Adha dengan tenang selama pandemi Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena umat sudah begitu lelah hadapi COVID-19. Kita bertugas para khatib untuk menggembirakan. Ini saya yakin khotbah yang akan disampaikan pada Idul Adha sekarang adalah khotbah yang sifatnya memberikan kegembiraan memberikan ketenangan," jelasnya.
Sementara itu, dia menilai radikalisme merupakan isu yang dapat menimbulkan stigma di masyarakat. Ia meyakini bahwa stigma ini berasal dari oknum yang ingin menyudutkan umat Islam.
"Sedangkan radikalisme ini terus terang saja dimunculkan bukan oleh umat islam, tapi dari orang-orang yang kurang bertanggung jawab yang ingin menyudutkan umat islam. Hanya mungkin perbedaan cara pandang kondisi bangsa negara ini," ungkapnya.
"Sekali lagi, saya berharap betul saudara-saudara saya dari kalangan lain perbedaan pendapat dengan kami umat Islam maka tidak melalui stigma negatif yang sebenarnya sudah basi stigma itu sudah lama ya isu radikalisme itu dikembangkan," sambungnya.
(idn/idn)