Yakini Editor Metro TV Tak Depresi, Ayah Cerita Keseharian Yodi Prabowo

Yakini Editor Metro TV Tak Depresi, Ayah Cerita Keseharian Yodi Prabowo

Mochamad Zhacky - detikNews
Minggu, 26 Jul 2020 14:02 WIB
Jenazah editor MetroTV Yodi Prabowo dimakamkan di TPU Sandratex, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Sabut(11/7/2020). Suasana haru mengiringi pemakaman editor MetroTV tersebut.
Pemakaman Editor Metro TV Yodi Prabowo (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Ayah editor Metro TV Yodi Prabowo, Suwandi, menegaskan putranya tidak depresi. Suwandi menceritakan keseharian Yodi Prabowo yang membuatnya yakin bahwa anaknya tidak depresi.

"Sehari-harinya saya tidak pernah melihat anak saya menunjukkan tanda-tanda depresi. Sehari-harinya dia mau berangkat beliin ayam Richeese, yang pedas, yang ada level-levelnya. Dimakan lah sama dedeknya, adiknya itu yang umurnya 7 tahun yang levelnya cuma berapa, cuma dia (adiknya) merasa kepedesan, keringetan, dengan ekspresinya dia (adik), (Yodi) ketawa lepas, si almarhum ketawa, habis itu dia mandi, berangkat, berangkat kerja," kata Suwandi saat berbincang dengan detikcom, Minggu (26/7/2020).

Suwandi mengungkapkan, sebelum ditemukan tewas Yodi telah menyelesaikan tugas kantornya. Dia menyebut ada dua pekerjaan yang telah diselesaikan Yodi sebelum ditemukan tewas di pinggir tol JORR Ulujami, Pesanggrahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Perilakunya) biasa, dia berangkat kerja. Kerjaan anak saya kan video editor. Dia ngerjain beberapa ini (kerjaan), satu dia ada program apa di TV, dia kerjain. Dua dia news report. Dia sudah selesaiin itu kerjaan. Habis itu dia izin pulang cepat, sekitar pukul 10.00 WIB lewat itu. Kalau anak saya depresi, nggak mungkin bisa ngerjain semua itu, pasti dia nggak fokus," ungkap Suwandi.

Setahu Suwandi, orang depresi tidak memikirkan tanggung jawabnya. Dia tetap meyakini putranya tidak depresi.

ADVERTISEMENT

"Orang depresi Pak, mandi aja malas, boro-boro mau mikirin tanggung jawab dia di sana ada kerjaan. Itu nalar saya yang saya bukan ahli psikolog, saya bukan ahli psikolog. Tapi dilihat dari situ sudah jelas," sebutnya.

Selain itu, Suwandi mengungkapkan, sebelum ditemukan tewas Yodi sempat membeli sebuah laptop. Laptop itu, sebut Suwandi, dibeli agar Yodi bisa mendapatkan pendapatan tambahan.

"Yang kedua, anak saya baru aja beli MacBook. Beli MacBook itu maksudnya buat dapat pendapatan tambahan, siapa tahu dia dapat project di luar kerjaan dia, karena anak saya itu kan editor. Pernah juga dia ngerjain di Indigo, pernah juga ngerjain Narasi," tutur Suwandi.

Menurut Suwandi, Yodi bukan orang yang sudah putus asa. Bahkan, sebelum ditemukan tewas, ungkap Suwandi, Yodi masih sempat memikirkan untuk membawa adiknya yang sedang sakit ke tukang urut.

"Itu kan berarti dia punya harapan, bukan orang yang putus asa. Itu satu. Yang kedua, adiknya kan belum bisa jalan. Dia berjanji sama mamaknya mau cari tukang urut alternatif untuk ngurut biar adiknya bisa jalan. Apa itu menunjukkan orang itu depresi?" ucap Suwandi.

Sebelumnya, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat mengungkapkan sebelum melakukan tindakan bunuh diri, editor Metro TV Yodi Prabowo sempat melakukan konsultasi ke dokter ahli kulit dan kelamin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Polisi mengatakan setelah menjalani pemeriksaan kesehatan tersebut, Yodi Prabowo sempat merasa depresi.

"Apakah ini terkait dengan dugaan bunuh diri? Sangat terkait. Kaitannya dengan kemungkinan munculnya depresi," kata Tubagus kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/7).

Halaman 2 dari 2
(zak/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads