Seorang wanita asal Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Arni Esa Putri Abraham, menjadi perbincangan usai aksinya menghadang mobil Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah. Ia bersama adik dan ayahnya itu nekat melakukan aksi penghadangan lantaran ingin meminta makam ibunya dipindahkan dari pemakaman khusus pasien COVID-19 di Gowa ke daerah asalnya di Bulukumba.
"Iya (itu foto anak saya), Andi Esa dan Andi Amel. Andi Esa yang duduk," ujar ayah Andi Esa, Andi Baso Ryadi Mappasulle saat dimintai konfirmasi detikcom, Rabu (22/7/2020). Andi Baso membenarkan foto anaknya tengah mengadang mobil Gubernur Sulsel.
Andi Baso menyebut aksi anaknya itu sebagai upaya agar jasad mendiang istrinya, almarhumah Nurhayani Abram (48) dapat dipindah dari pemakaman khusus COVID di Gowa ke pemakaman keluarga di Bulukumba, Sulsel. Andi Baso bersikukuh, Gugus Tugas COVID-19 Sulsel tidak berhak lagi menahan keinginan keluarga, sebab almarhumah Nurhayani terbukti negatif COVID berdasarkan tes swab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kedua, memang ada pesan dari almarhumah untuk dikuburkan di Bulukumba. Artinya kan kita sering bicara, namanya suami-istri kan, saya ini orangnya perantau, saya pernah tinggal di Jakarta 7 tahun saya pernah tinggal di Manado 8 tahun, iya kan, jadi kadang dia bicara kalau saya meninggal saya jangan dimakamkan di kampungnya orang, saya mau pulang ke kampung saya di Bulukumba," sambung Andi.
Selain kedua alasan tersebut, Andi Baso menyebut dia menyaksikan sendiri perlakuan terhadap jenazah istrinya sebagai muslim tidak layak. Untuk itu, dia terus meminta restu pemindahan demi dapat mengurus jenazah istrinya dengan layak sebagai muslim.
"Ketiga, karena almarhumah ini mendapatkan perlakuan yang tidak layak saat pemulasaraan kan. Pertama, agama Islam kan tidak pakai peti, waktu itu jenazah juga tidak dimandikan apa semua, tidak mendapatkan perlakuan yang layak sebagai muslim. Apalagi ini negatif, karena waktu dia meninggal kan dia dalam status PDP, PDP ini kan tidak jelas (negative atau positif)," kata Andi.
Aksi penghadangan mobil itu dimaksud supaya pihak keluarga mendapatkan rekomendasi dari Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah. Andi mengaku telah mendapatkan surat persetujuan dari warga dan perangkat lingkungan di Bulukumba agar makam istrinya dapat dipindahkan.
Sebelum aksi penghadangan tersebut, aku Andi, keluarganya telah mengirim surat ke komisi E DPRD Sulsel agar ditindaklanjuti oleh Gubernur Sulsel.
"Kesimpulan Komisi E menyurati Pimpinan DPRD (Sulsel) untuk menyurati Gubernur yang meminta Gubernur untuk memfasilitasi pemindahan itu sesegera mungkin," tuturnya.
Namun Andi menyebut tak ada respon Gubernur. Alhasil, pada Senin (20/7), Baso dan kedua putrinya bergegas ke DPRD Sulsel untuk meminta tembusan surat pimpinan DPRD Sulsel ke Gubernur karena ia ingin mengantarkan langsung surat itu ke Gubernur. Namun Baso beserta kedua putrinya memilih menunggu Gubernur Nurdin setelah mereka melihat ada mobil Gubernur di parkiran DPRD Sulsel.
"Akhirnya anak saya berinisiatif kita tunggu saja Pak Gubernur, ketemu langsung supaya kita mau tanyakan apa (alasan rekomendasi pemindahan belum diberikan). Karena itu anak saya bilang, kita ketemu langsung saja Pak Gubernur, mumpung dia ada di sini," kata Baso.
"Karena semua surat yang kita layangkan tidak ada yang direspon oleh Pak Gubernur. Saya tidak tahu Pak Gubernur ini tinggal menunggu surat dari Tuhan mungkin, karena tinggal surat dari Tuhan yang belum ada ini untuk Pak Gubernur, untuk tingkatan Provinsi ya. Saya tidak tahu alasannya apa Pak Gubernur sampai hari ini belum memberikan izin (pemindahan jenazah)," imbuhnya.
Namun aksinya tak kunjung membuahkan hasil. Hingga kini, surat rekomendasi gubernur belum ia terima.