Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dr Reisa Broto Asmoro, mengingatkan agar stigma negatif kepada pasien Corona maupun tenaga kesehatan dihilangkan. Stigma negatif itu disebutnya bisa meningkatkan risiko kematian pasien.
"Saya mau mengingatkan tentang stigma dan stereotipe negatif yang diberikan oleh individu atau kelompok masyarakat terhadap tenaga kesehatan atau pasien COVID-19. Itu semua tidak berguna dan tidak memberikan sumbangan apa pun terhadap pengendalian COVID-19," kata Reisa dalam konferensi pers yang disiarkan kanal YouTube BNPB, Sabtu (18/7/2020).
"Bahkan, menurut pandangan pakar kesehatan, justru dapat berkontribusi terhadap angka kematian terhadap virus Corona karena tidak ditangani sejak awal," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reisa lalu memaparkan hasil survei dari Fakultas Ilmu Keperawatan UI dan Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia yang dilakukan pada awal April 2020 terhadap 2.050 perawat. Hasil survei tersebut menunjukkan 140 perawat pernah merasa dipermalukan karena statusnya sebagai perawat pasien COVID-19.
"Hasil lainnya menyatakan 135 perawat pernah diminta meninggalkan tempat tinggalnya, 66 responden mengalami ancaman pengusiran, 150 responden mengakui orang-orang sekitar menghindari mereka, dan 71 responden mengakui masyarakat ikut menjauhi keluarga mereka," ujarnya.
Karena itulah, Reisa meminta stigma negatif ini dihentikan. Tak hanya terhadap pasien dan tenaga kesehatan, tetapi juga kepada keluarga mereka.
"Saudara-saudari, mari setop stigma negatif terhadap dokter, perawat pasien COVID-19, dan keluarga mereka," tegasnya.
(azr/jbr)