Peristiwa tak terduga terjadi di lingkungan pendidikan Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau. Bagaimana tidak mengejutkan. Pasalnya, semua kepala sekolah (kepsek) SMP negeri di Inhu kompak mengundurkan diri.
Awalnya, alasan puluhan kepsek itu mengundurkan diri disebut karena tidak tenang ada gangguan soal pengelolaan dana BOS. Namun, usut punya usut, ternyata ada oknum LSM yang diduga memeras para kepsek tersebut.
"Seluruh kepala sekolah SMP Negeri di Inhu mengajukan surat pengunduran diri. Sebanyak 64 kepala sekolah," kata Plt Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Inhu, Ibrahim, kepada wartawan, Rabu (15/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum dugaan pemerasan muncul, Ibrahim menyebut para kepsek merasa tidak nyaman mengelola dana BOS. Sebab, sebut dia, ada pihak eksternal yang mengganggu.
"Para kepsek tidak merasa nyaman dalam mengelola dana BOS tersebut. Alasannya, banyak pihak eksternal yang sering mengganggu mereka," kata Ibrahim.
Salah satu pihak yang dianggap mengganggu adalah oknum LSM. Dia menyebut banyak pihak eksternal mencari-cari kesalahan dalam pengelolaan BOS.
"Iya itu (oknum LSM). Itu pengakuan mereka mengapa mengundurkan diri. Banyak oknum yang mengganggu pelaksanaan dana BOS. Dikerjakan yang benar pun tetap dianggap salah oleh oknum-oknum eksternal itu," kata Ibrahim.
Namun, setelah ditelusuri lebih mendalam, dugaan pemerasan akhirnya menyeruak. Ibrahim menuturkan bahwa puluhan kepsek tersebut tak tahan diperas oleh oknum LSM.
"Alasan mereka itu tak tahan diperas oknum LSM terkait dana BOS. Makanya mereka lebih baik memilih mundur dari jabatannya untuk menjadi guru biasa saja," ungkap Ibrahim kepada wartawan, Kamis (16/7).
"Jadi mereka mengaku diperas oknum tersebut. Mereka tak tahan dengan kondisi itu, sehingga mengajukan surat pengunduran diri," imbuhnya.
Sayangnya, Ibrahim belum menjelaskan soal ada atau tidak kepsek yang telah memberi uang kepada oknum LSM tersebut. Dia mengatakan saat ini masih mendalami pengakuan para kepsek.
"Kalau soal jumlahnya, saya tidak mendalami sampai ke sana. Ini baru sebatas pengakuan para kepsek merekan diperas oknum LSM," tutur Ibrahim.
Ibrahim juga mengaku belum mengetahui, apakah ada pihak yang melindungi oknum LSM hingga diduga berani melakukan pemerasan. Dia menyerahkan pengusutan kasus ini ke Inspektorat.
"Kami tidak mendalami sejauh itu. Nanti Inspektorat yang akan melakukan pemeriksaan. Pengakuan sementara mereka diperas oknum LSM," ucapnya.
Bahkan, gangguan dari oknum LSM tak hanya menimpa para kepsek. Ibrahim menyebut para guru juga merasa terganggu.
"Para guru kini kondisinya down karena sekolah mereka terus korban pemerasan oknum LSM," sebut Ibrahim.
Ibrahim mengatakan para guru turut mengeluhkan dugaan pemerasan yang terjadi. Kondisi ini disebut mengganggu suasana di sekolah-sekolah yang ada di Inhu, hingga guru-guru merasa tak nyaman mengajar.
"Kondisi sekolah auranya tak lagi seperti biasanya. Sekarang para guru pun mengeluh dengan adanya aksi pemerasan oknum LSM. Jadi imbasnya persoalan ini semakin meluas sampai ke seluruh guru," kata Ibrahim.
"Mereka tentunya merasa tak tenang dalam mengajar. Karena sekolah mereka menjadi incaran pemerasan oknum-oknum LSM tersebut," sambung dia.