Pemerintah Akui Salah Pakai Diksi New Normal, PKS: Bagus dan Jujur

Pemerintah Akui Salah Pakai Diksi New Normal, PKS: Bagus dan Jujur

Farih Maulana Sidik - detikNews
Minggu, 12 Jul 2020 05:50 WIB
Wakil BPN Prabowo-Sandiaga dan TKN Jokowi-Maruf Amin hadiri diskusi bertema Debat IV: Isu Khilafah, Pancasila hingga Proxy War. Seperti apa keseruannya?
Foto: Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera (Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Pemerintah mengungkapkan kata 'new normal' dalam kehidupan baru dengan protokol kesehatan saat pandemi virus Corona (COVID-19) dinilai salah. PKS menilai pengakuan salah menggunakan diksi oleh pemerintah itu dirasa bagus karena telah jujur.

"Bagus pemerintah jujur, mengaku salah. Sekarang tinggal diperbaiki," kata Ketua DPP PKS, Mardani Ali saat dihubungi, Sabtu (11/7/2020).

Mardani meminta kesalahan-kesalahan yang sebetulnya sangat mendasar itu tidak terulang lagi. Menurutnya, pemerintah bisa memanfaatkan anak-anak negeri terbaik untuk bersama menghadapi pandemi ini dan menyelesaikannya dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ayo gunakan setiap keahlian anak negeri dengan jaga setiap rupiah agar negeri ini tangguh di masa pandemi dan maju setelah pandemi selesai," ucap Mardani.

ADVERTISEMENT

Tonton video 'Panduan Beraktivitas di Ruang Publik Era New Normal':

Selain itu, dia juga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin langsung penanganan Corona di Tanah Air. Menurutnya, pemerintah harus merangkul semua kepala daerah untuk sama-sama menjaga setiap warga negara di daerah masing-masing.

"Dengan kejujuran baru ini plus serius membangun kekuatan dalam negeri, pandemi justru berkah agar kita mandiri," katanya.

Sebelumnya diberitakan, juru bicara pemerintah untuk penanganan Corona (COVID-19), dr Achmad Yurianto, mengungkapkan ada diksi yang salah di kata 'new normal'. Dia menilai diksi yang benar adalah adaptasi kebiasaan baru.

"Diksi new normal itu sebenarnya di awal diksi itu segera kita ubah, waktu social distancing itu diksi yang salah, dikritik langsung kita ubah, new normal itu diksi yang salah, kemudian kita ubah adaptasi kebiasaan baru tapi echo-nya nggak pernah berhenti, bahkan di-amplify ke mana-mana, gaung tentang new normal itu ke mana-mana," ujar Yuri di launching buku 'Menghadang Corona' di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/7).

Kenapa pemerintah mengganti kata new normal? Sebab, kata Yuri, jika tagline new normal dipakai, maka masyarakat akan fokus ke kata 'normal'-nya saja. Tidak pada 'new' atau pembaruannya.

"Kemudian yang dikedepankan bukan new-nya malah normalnya. New-nya itu jalan nggak tahu echo-nya, jadi belakangan, tok normal, ini yang nggak... Padahal ini sudah kita perbaiki, dengan adaptasi kebiasaan baru," jelas Yuri.

Halaman 2 dari 2
(fas/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads