LIPI Ungkap Bahaya Lilitan Ular Sanca yang Tewaskan ABG di Tangsel

LIPI Ungkap Bahaya Lilitan Ular Sanca yang Tewaskan ABG di Tangsel

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Rabu, 08 Jul 2020 12:52 WIB
Warga Geddonge, Kelurahan Cappa Galung, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare, dikejutkan dengan penemuan ular sanca. Ular itu sembunyi di plafon rumah warga.
Ilustrasi (Hasrul Nawir/detikcom)
Jakarta -

Seorang anak laki-laki berinisial Y tewas dililit ular sanca di Serpong, Tangerang Selatan. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa ular keluarga sanca (Pythonidae) ini memiliki lilitan yang berbahaya meskipun tidak berbisa.

"Jadi untuk handling ular kalaupun itu toh benar 3 meteran ya, itu kalau dia tidak berpengalaman untuk handling ular itu berbahaya. Walaupun tidak berbisa, belitan ular ini cukup kuat ya, ular 3 meter itu di-handling satu orang dewasa saja nggak memungkinkan, kecuali benar-benar sudah berpengalaman tahu betul perilakunya. Apalagi ini bocah, jadi memang itu berbahaya," kata peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidy, saat dihubungi, Rabu (8/7/2020).

Amir mengatakan, saat seseorang memegang kepala ular sanca, ular secara refleks akan membelit sebagai bentuk pertahanan. Saat merasa terancam, Amir mengatakan ular sanca akan memperkuat lilitan pada mangsanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semakin dipukul ular juga semakin memperketat lilitannya. Dan memang dikupas belitan itu dari ekor secara berurutan. Tapi kalau nggak ada pengalaman seperti itu di kondisi panik, apalagi ditinggal kan belit tubuh kita semakin kencang, semakin kencang," kata dia.

Amir mengatakan, apabila ular melilit leher manusia, korban akan mengalami sesak napas. Jika tidak ada penanganan yang tepat, korban akan meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

"Biasanya korban itu meninggal karena sesak napas atau karena terbelit itu. Apalagi sampai ke leher, ini sangat berbahaya. Tahu kan leher adalah organ vital kita. Jadi kalau sampai ke batang leher atau ke bagian tubuh vital itu cukup berbahaya juga walaupun ukurannya 3 meter," tuturnya.

"Ketika membelit langsung unpredictable posisi lilitannya, misalnya di dada, di organ dekat leher ini kan semakin kuat, dan di-handling dua orang dewasa kalau betul perilaku ular bisa, tapi kalau tidak tahu perilaku ularnya yaitu berbahaya di situ, jadi membelit bagian tubuh yang vital kemudian sesak napas, bahkan lebih parahnya kita bisa patah tulang karena belitannya yang sangat kuat itu," jelasnya.

Amir mengatakan ular sanca tidak memiliki bisa. Namun sanca melumpuhkan mangsanya dengan cara membelit hingga mati, barulah kemudian ditelan.

"Jadi senjatanya piton ya membelit itu. Dia kan makan mangsanya ditelan utuh, tidak dipotong-potong kan, dia juga nggak punya tangan jadi tidak punya alat untuk memegang mangsanya, apa yang dilakukan untuk memangsa itu ya dibelit sampai mangsanya mati tidak bergerak baru dia telan bulat-bulat. Nah itu memang senjata si ular besar grup piton, walaupun dia tidak berbisa tapi belitannya sangat kuat dan ukurannya cukup besar yang bisa membahayakan," ungkapnya.

Amir kemudian mengingatkan bahwa ular bukanlah mainan. Jadi perlu hati-hati dalam menghadapi ular sanca walaupun tidak berbisa.

"Ini memang musibah, tapi memang safety prosedure ular itu bukan mainan, bukan kayak ikan yang bisa ditangkap. Itu juga harus paham bahwa perilaku ular, piton gigitannya juga giginya juga tajam dan posisi gigi itu masuk ke dalam, refleks kita kalau digigit pasti ketarik keluar pasti sobek, jadi ada jahitan dan sebagainya," tutur Amir.

Amir mengungkapkan perlu adanya edukasi apabila ingin menangkap ular. Dia menegaskan bahwa semua ular sangat berbahaya.

"Saya pikir ini harus diwaspadai, maksud saya jangan ada kejadian lagi. Kemarin ada kejadian ini kejadian lagi, perlu diperhatikan betul-betul handling ular dan edukasi. Karena dengan media sosial yang cukup kuat hobi orang yang concern ular itu cukup banyak tapi tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang bahayanya tentang safety-nya itu yang kurang. Jadi edukasi ini juga perlu bahwa ular berbisa ataupun tidak berbisa itu tetap ada bahaya karena mereka itu satwa liar," tuturnya.

Diketahui, seorang bocah laki-laki inisial Y di Serpong, Tangsel, tewas dililit ular sanca. Y diketahui sering menangkap hewan reptil.

Peristiwa tersebut terjadi pada Senin (6/7) sekitar pukul 23.00 WIB. Uci menyebut saat itu Y mendapatkan informasi soal ular yang berada di pinggir kali Sektor XII Kencana Loka, Serpong, Tangsel.

"Dia ke sana, dia coba tangkap, ularnya melawan entah salah posisi atau gimana sehingga ular itu melilit," kata Kadis Damkar Tangsel Uci Sanusi saat dihubungi detikcom, Rabu (8/7).

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads