Pada desain terbaru tahun 2013 uang redenominasi Rp 50, ada gambar pahlawan nasional berkacamata. Dia adalah Sang Menteri Maraton yang berjasa menjaga kedaulatan maritim Indonesia: Djuanda.
Gambar ilustrasi uang redenominasi sudah disapaikan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sejak Rabu (23/1/2013). Ada uang 'sebelum redenominasi' seperti yang kita kenal saat ini, ilustrasi uang 'masa transisi redenominasi', dan ilustrasi uang 'setelah redenominasi'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok pahlawan nasional bernama lengkap Djuanda Kartawijaya itu ada di uang nominal Rp 50 'setelah redenominasi', potretnya juga ada pada uang pecahan 50 ribu sejak 16 Desember 2016. Rencananya, uang Rp 50 'setelah redenominasi' akan menggantikan uang Rp 50 ribu saat ini.
"Ir Djuanda Kartawijaya dijuluki 'Menteri Maraton' karena sejak awal kemerdekaan pada tahun 1946, beliau menjabat sebagai menteri muda, 14 kali sebagai menteri, dan sekali menjabat perdana menteri," tulis Mirnawati dalam buku 'Pahlawan Nasional Indonesia'.
Baca juga: Wacana Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1 Bergulir Lagi |
Dilansir situs Kementerian Sosial, pria kelahiran Tasikmalaya 14 Januari 1911 itu pernah menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Kerja I dan II, Menteri Pekerjaan Umum pada Kabinet Hatta I, Menteri Perdagangan pada Kabinet RIS, dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Syahrir III, dan menjabat Perdana Menteri pada 1957-1959.
Jasa besarnya adalah menjaga kedaulatan maritim Indonesia di awal masa kemerdekaan. Nama Djuanda dikenal pula lewat deklarasi yang dia terbitkan pada 13 Desember 1957, yakni 'Deklarasi Djuanda'.
![]() |
Tonton video 'BI Bicara Simbol Mirip Palu Arit di Uang Baru':
Sejak Deklarasi Djuanda, Indonesia menyatakan bahwa segala perairan yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia masuk dalam teritori Negara Republik Indonesia. Deklarasi itu juga yang menyatakan bahwa penentuan batas laut 12 mil diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik terluat pada pulau-pulau Indonesia, diteuntukan dengan undang-undang.
Djuanda meninggal dunia di usia 52 tahun pada 7 November 1963, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan. Dia menjadi pahlawan sejak tahun 1963.
Nama dari salah tokoh Muhammadiyah ini diabadikan menjadi Bandar Udara Juanda di Surabaya, Taman Hutan Raya Juanda di Bandung, dan nama jalan di beberapa lokasi di Indonesia.