Pakar Gestur: Pratikno Hanya Meredam, Isu Reshuffle Masih Relevan

Pakar Gestur: Pratikno Hanya Meredam, Isu Reshuffle Masih Relevan

Danu Damarjati - detikNews
Senin, 06 Jul 2020 16:54 WIB
Pratikno berbicara soal isu reshuffle, dianalisis oleh pakar gestur. (Dok Handoko Gani)
Pratikno berbicara soal isu reshuffle, dianalisis oleh pakar gestur. (Dok Handoko Gani)
Jakarta -

Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyatakan isu kocok ulang (reshuffle) kabinet sudah tidak relevan lagi karena para menteri sudah bekerja semakin bagus. Namun pakar menilai Pratikno hanya meredam isu, sedangkan isu reshuffle sendiri sebenarnya masih relevan.

"Ini lebih tepat dikatakan sebagai peredaman isu. Kalau tidak ada isu yang hendak diredam, maka segala ekspresi wajah, gestur tangan, hingga pengulangan kata seperti itu tidak akan muncul," kata pakar gestur, Handoko Gani, dalam keterangannya kepada detikcom, Senin (6/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Handoko Gani menjelaskan dirinya adalah satu-satunya instruktur Ahli Deteksi Kebohongan dari dunia sipil yang memiliki gelar diploma di bidangnya, serta terotorisasi dalam penggunaan alat Layerd Voice Analysis (LVA).

Dia menyoroti saat Pratikno menyampaikan kata "bagus" sebanyak empat kali dalam momentum yang pendek. Konteksnya, Pratikno menekankan bahwa isu reshuffle sudah tidak relevan karena pemerintahan sudah semakin bagus. Berikut adalah kata-kata yang diucapkan Pratikno.

ADVERTISEMENT

Isu reshuffle tidak relevan sejauh bagus terus. Sekarang ini sudah bagus, semoga bagus terus, tentus aja kalau bagus terus ya nggak relevan lagi reshuffle.

Menurut kacamata Handoko, kenyataan yang sebenarnya bisa jadi bertolak belakang dengan yang disampaikan Pratikno.

"Empat kali kata 'bagus' ini artinya masih ada kemungkinan reshuffle kalau tidak bagus. Cuma ketika beliau menyebut itu nggak ada isu, itu bukan hal yang tepat. Isunya akan tetap ada dan relevan ketika kinerja kabinet tidak bagus," kata Handoko.

Pratikno berbicara soal isu reshuffle, dianalisis oleh pakar gestur. (Dok Handoko Gani)Pratikno berbicara soal isu reshuffle, dianalisis oleh pakar gestur. (Dok Handoko Gani)

Tonton video 'Pratikno: Progres Kabinet Sudah Bagus, Ngapain Reshuffle':

Dia mencermati, Pratikno sempat memperagakan Facial Action Coiding System (FACS) AD 19 C, berupa melet lidah, sambil berkata, "Ampun", saat mengawali pembahasan soal reshuffle. Kemudian Pratikno mengetuk-ngetukkan jarinya.

Pratikno berbicara soal isu reshuffle, dianalisis oleh pakar gestur. (Dok Handoko Gani)Pratikno berbicara soal isu reshuffle, dianalisis oleh pakar gestur. (Dok Handoko Gani)

Saat pratikno berbicara soal "dampak ekonomi yang sangat berat", jari Pratikno mengetuk. Ketukan jari yang kuat dilakukan Pratikno saat berbicara "momentum fundamental reform".

"Gerakan ketukan, artinya stressing point oleh pembicara. Poin-poin ini bisa olahan berdasarkan catatan, bisa juga berasal dari bawah sadar pembicara," kata Handoko.

Pratikno juga dilihatnya tidak nyaman dengan isu-isu tertentu. Indikasinya, Pratikno mengeluarkan ekspresi suara "ehm..., eh," atau "apa..." sebelum meneruskan pembicaraan.

Isu itu adalah soal kantor yang tidak optimal saat transisi pemerintahan di awal kabinet, soal teguran keras dari Jokowi kepada para menteri, soal permasalahan ekonomi di masyarakat, soal bantuan sosial, hingga soal serapan anggaran.

Pratikno juga merobek-robek sesuatu, seperti memilin-milin kertas atau sobekan lembaran kecil di jarinya. Ini dia lakukan saat berbicara mengenai bantuan sosial.

"Kalau memilin-milin kertas itu adalah kebiasaan, itu pasti setiap segala penjelasan pasti memilin kertas. tapi ini tidak, ini hanya dia lakukan saat menjelaskan soal reshuffle," kata Handoko.

"Itu adalah upaya meredam ketidaknyamanan diri sendiri dan ketidaknyamanan masyarakat terhadpa isu reshufle. Pernyataan beliau (Pratikno) itu sebetulnya berusaha menenangkan, tetapi Presiden tetap serius dengan ancaman reshuffle-nya, itu kalau kinerja menterinya tidak bagus," kata Handoko.

Halaman 2 dari 2
(dnu/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads