Pimpinan DPR akan memanggil komisi VII terkait pernyataan yang meminta agar dilibatkan dalam penyaluran program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Pimpinan DPR akan meminta klarifikasi maksud dari pernyataan tersebut.
"Kami sudah dengar berita yang berkembang di masyarakat dan juga menjadi kontroversi soal itu. Oleh karena itu, pimpinan DPR pada hari Senin depan akan meminta klarifikasi pada pimpinan komisi VII untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada saat rapat tersebut," kata Waketum DPR Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/7/2020).
Dasco belum dapat menilai etis atau tidaknya, anggota DPR meminta dilibatkan dalam urusan CSR. Untuk itu, dia meminta penjelasan terlebih dahulu kepada Komisi VII.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kan belum tahu secara pasti apa yang terjadi pada saat rapat tersebut. Jadi saya belum bisa menilai, belum bisa juga mengeluarkan pernyataan terhadap yang terjadi pada saat tersebut sebelum kita melakukan klarifikasi. Oleh karena itu, klarifikasi itu akan segera kita lakukan Senin pekan depan," ujarnya.
Dasco menegaskan proses klarifikasi akan berlangsung terbuka kepada media. "Mungkin nanti hari Senin kita akan mintakan klarifikasinya nanti klarifikasi itu tidak sembunyi-sembunyi. Silakan kalau media nanti, jadi jadwal dan tempatnya akan transparan kepada media," tuturnya.
Sebelumnya, rapat komisi VII DPR RI dan Direktur Utama Holding Tambang (MIND ID) atau PT Inalum (Persero) Orias Petrus Moedak sempat panas. Panasnya rapat bermula saat Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir meminta penjelasan terkait pelunasan utang Inalum dari penerbitan obligasi, di mana obligasi itu untuk akuisisi PT Freeport Indonesia.
Tak lama berselang rapat diskors dan kembali dibuka oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Alex Noerdin sebagai pimpinan rapat.
Alex pun meminta Orias melanjutkan penjelasan atas pertanyaan anggota, hingga akhirnya sampai penjelasan CSR. Orias lalu meminta para petinggi perusahaan tambang di bawah holding memberikan paparan. Pada bagian ini, Alex sempat memberi interupsi.
"Saya interupsi sebentar, sumbangan yang terakhir itu dari yang membangun PLTU Sumsel VIII, bapak tahu yang membantu perizinan PLTU Sumsel VIII siapa?" tanya Alex.
"Waktu namanya Pak Alex Noerdin kalau nggak salah," canda Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero) Tbk Arviyan Arifin.
Setelah itu, Alex meminta agar komisi ikut dilibatkan dalam penyerahan CSR tersebut.
"Nah, paling tidak bisa saya yang menyerahkan saja, bukan mintanya buat saya pakai ventilator itu , bukan, tapi kawan-kawan komisi ikut menyerahkan, ini bantuan, gitu dong Pak," ujar Alex.
(eva/dwia)