Kasus penyebaran virus Corona di Jawa Timur kini menjadi pusat perhatian nasional dengan jumlah yang terus menanjak. Presiden Jokowi sempat mewanti-wanti Jawa Timur agar berhati-hati karena angka COVID-19 di provinsi itu menjadi yang tertinggi di Indonesia.
"Tetapi juga yang menumbuhkan optimisme kita, angka kesembuhannya juga berada di posisi yang lumayan yaitu 31 persen. Saya minta dalam waktu dua minggu ini pengendalian betul-betul kita lakukan bersama-sama dan terintegrasi dari semua unit orang yang kita miliki di sini," kata Jokowi, Kamis (25/6/2020).
Update COVID-19 di Jawa Timur pada Kamis (2/7) menyatakan total kasus menjadi 12.321 dengan 4.391 berhasil sembuh. Jumlah kasus bertambah 316 dibanding Rabu (1/7/2020). Selain itu, hasil tracing Gugus Penanganan COVID-19 Jawa Timur menjelaskan ada 4.582 PDP atau pasien dalam pengawasan dan 5.184 ODP atau orang dalam pemantauan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan juga terjadi pada jumlah kasus COVID-19 di Surabaya dikutip dari situs situs https://lawancovid-19.surabaya.go.id/. Update Corona Surabaya dilihat pada Kamis (2/7) menyatakan ada 5.957 kasus kumulatif terkonfirmasi setelah sehari sebelumnya sebanyak 5.815. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.950 pasien dalam perawatan dan 2.543 berhasil sembuh.
Tingginya update Corona Surabaya mengakibatkan Wali Kota Surabaya Risma sujud pada Senin (29/6). Dalam kesempatan tersebut, Risma sujud di kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSU dr Soetomo dr Sudarsono. Kejadian Risma sujud diawali keluhan dokter terkait masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan padahal kapasitas rumah sakit sangat terbatas.
"Saya minta maaf Pak. Kami nggak bisa masuk RSU Soetomo Pak. Apa saya rela warga saya mati, kita masih ngurus jam 03.00 pagi orang meninggal yang warga bukan Surabaya, kami masih urus. Saya memang goblok, saya nggak pantas jadi wali kota," kata Risma yang saat itu sedang audiensi bersama IDI Jawa Timur dan Surabaya. Aksi tersebut kemudian menuai tanggapan beragam dari netizen. Mulai dari yang memberikan dukungan kepada Risma, hingga yang meminta wali kota 2 periode itu mundur.
Dari data update Corona Surabaya dan Jatim itu, terlihat tingginya angka COVID-19 juga meningkatkan risiko penularan pada tenaga kesehatan. Suster dan dokter berisiko terinfeksi paling besar karena berhadapan langsung dengan pasien. Data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur menyatakan 144 perawat yang terkonfirmasi COVID-19 dan 9 di antaranya meninggal dunia.
Perawat yang kondisinya ringan melakukan isolasi mandiri, sedangkan yang lain berada di gedung dan rumah sakit. Risiko COVID-19 bisa ditekan dengan kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan, jujur saat melakukan pemeriksaan, serta melakukan rapid dan swab test jika diperlukan.
(row/pal)