Pakar Marketing Yuswohady menilai bahwa sedekah dapat menjadi solusi universal untuk diterapkan dalam membangkitkan ekonomi saat maupun setelah pandemi. Kondisi multikrisis ini seharusnya dimanfaatkan menjadi momentum emas untuk masyarakat agar bergerak.
Yuswohady mengatakan, bahwa kondisi tatanan normal baru saat ini menjadi stimulan untuk kembali ke jalan-jalan kebaikan sedekah. Hal ini diawali dengan pandemi COVID-19 yang menjadi korektor masyarakat. Keadaan itu menciptakan pergantian besar (megashift) saat ini.
"COVID-19 itu menjadi great corrector, yang semakin menghadirkan spiritual, peran digital, dan empati di masyarakat," jelas Yuswohady, dalam keterangan tertulis, Jumat (26/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disampaikan olehnya pada saat acara ACT Fest 2020 yang digelar oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Jakarta. Menurut Yuswohady, upaya pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin merupakan hal penting yang dapat menjadi solusi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Islam sebagai agama yang menyeluruh, memiliki instrumen khusus yang bertujuan untuk menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi sehingga dapat berfungsi untuk mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat.
Yuswohady menambahkan, empati semakin menemukan momentum di saat pandemi ini. Kegiatan ekonomi bergerak didasari oleh empati yakni kepedulian sesama. Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, bahwa kini empati menjadi penggerak utama sedekah. Di era keterbatasan fisik, sedekah tetap bisa dilakukan jarak jauh dengan bantuan teknologi.
"Pandemi menuntut lembaga pengelola zakat bertransformasi ke ranah digital. Hal ini seharusnya membuat kebermanfaatan menjadi lebih luas," ujarnya.
Yuswohady menjelaskan, apa yang dilakukan oleh ACT di masa pandemi yaitu mengajak masyarakat untuk bersedekah sebagai jalan menolong sesama akan menjadi sebuah kebiasaan.
"Sekarang orang mikirnya movement untuk empati sosial. Akan jadi kebiasaan. Dan ketika empati muncul dapat mengalahkan kapitalisme dan selfish. Empati mengajak masyarakat memahami orang selain diri sendiri," jelasnya.
Yuswohady mengatakan sedekah dan zakat seharusnya tidak lagi asing bagi masyarakat dunia, terutama umat Islam di Indonesia yang sudah memulainya sejak tahun 2010. Saat itu gaya hidup muslim menjadi perhatian, seperti perbankan syariah, hijab, dan halal. Dirinya pun yakin, gaya hidup sedekah akan menjadi kebiasaan masyarakat bahkan setelah pandemi usai.
"Proses edukasi sedekah sebagai habit, lama kelamaan akan natural, momentumnya saat pandemi ini," pungkasnya.
Baca juga: Ekonomi Kreatif dan Seni di Era "New Normal" |
Sebagai informasi, Indonesiadermawan.id hadir sebagai situs penggalangan dana untuk menjalankan berbagai program kemanusiaan dengan sedekah dari tiap individu yang kemudian berkembang menjadi ikhtiar nasional.
Melalui www.indonesiadermawan.id , masyarakat dapat menyebarkan nilai dan membagikan manfaat semangat ke semua kalangan tanpa memandang agama, suku, ras, dan warna kulit.
(mul/mpr)