Sebagian warga dikabarkan meyakini matinya puluhan ternak di Tapanuli Utara (Taput) disebabkan oleh makhluk gaib homang. Sebenarnya, kenapa warga Taput khususnya, dan warga Indonesia atau yang kerap disebut 'Warga +62', kerap mengait-ngaitkan suatu kejadian yang belum terjelaskan ke hal-hal mistis?
Kepala Laboratorium Departemen Ilmu Sosiologi Universitas Sumatera Utara (USU), Muba Simanihuruk, memberi penjelasan soal fenomena warga yang mengaitkan suatu peristiwa dengan hal mistis. Dia mengatakan warga yang mengaitkan sesuatu dengan hal mistis bukan cuma terjadi di Indonesia saja.
"Realitas sosiologi masyarakat kita itu dan itu bukan hanya monopoli di Indonesia. Di belahan dunia manapun, bahkan negara maju sekalipun satu kakinya melangkah ke nilai-nilai modern yang rasional, tapi satu lagi kakinya terhambat di masa lalu kepada nilai-nilai patrimonial dan mistis," ucap Muba, Selasa (23/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muba mengatakan sebenarnya keberadaan warga yang mengaitkan peristiwa matinya puluhan ternak dengan kehadiran homang merupakan hal lumrah. Salah satu yang mempengaruhinya, kata Muba, adalah kurangnya keinginan sebagian masyarakat untuk melihat sesuatu dari sisi ilmu pengetahuan.
"Bukan hanya masyarakat, mungkin sebagian kalangan terdidik kita itu seringkali tingkat literasinya itu rendah. Dalam arti, mereka berpaling ke hal-hal yang mistis, yang irasional, bukan mencari rasa ingin tahu kepada hal hal yang rasional dalam ilmu pengetahuan," ucapnya.
Muba kembali menekankan soal sifat masyarakat yang masih menempatkan 'satu kakinya' di hal-hal mistis. Padahal, katanya, masyarakat juga sudah mulai hidup secara modern.
"Itu tadi, kaki kita ikat ke belakang, ke masa lalu, ke romantisme hal-hal mistis, irasional. Di sisi lain, kita melangkah ke arah modren yang rasional," jelasnya.
"Ada anggapan begitu dari beberapa orang," kata Nikson saat dimintai konfirmasi, Senin (22/6).
Dalam cerita masyarakat setempat, homang digambarkan sebagai makhluk besar berwarna hitam, punya bulu panjang, hingga kuku panjang untuk mencakar mangsa.
Homang disebut-sebut tinggal di dalam hutan yang jarang dikunjungi manusia. Ada pula cerita soal homang yang bisa membuat orang tersesat di dalam hutan karena bisa meniru suara manusia.
Kembali ke Nikson. Dia mengatakan pihaknya telah mengecek ke lokasi hewan ternak mati dan menemukan jejak kaki. Ada pula kandang yang diduga didobrak oleh makhluk yang menyerang hewan ternak.
"Tapi kalau kita cek di lapangan ada jejak kaki, kemudian mendobrak kandang. Berarti dia berwujud," ucap Nikson.
Dia pun menduga peristiwa ini disebabkan binatang buas. Pihaknya masih menyelidiki peristiwa ini.