Sebagian warga disebut meyakini makhluk gaib 'homang' berada di balik serangan terhadap puluhan hewan ternak di Tapanuli Utara (Taput). Sebenarnya, apa itu begu alias hantu hutan bernama homang, yang diyakini sebagian warga mengisap darah hewan ternak di Taput?
Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Unimed) Erond L Damanik mengatakan ada berbagai jenis cerita rakyat yang menyangkut homang. Dosen Program Studi Antropologi FIS Unimed ini juga mengatakan makhluk gaib seperti homang punya nama lain di tiap daerah.
"Kalau di Toba, 'homang', kalau di Simalungun itu 'homin', kalau di Karo dia 'kemang'," ujar Erond, Senin (22/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan homang dan makhluk gaib lainnya sering diceritakan memiliki wujud tertentu. Erond mencontohkan soal telapak kaki terbalik yang kerap dikaitkan dengan makhluk gaib seperti homang.
"Itu kan disebutkan binatang yang kalau dia maju itu telapak kakinya mengarah ke belakang. Mana ada binatang yang kayak gitu, itu kan kepercayaan-kepercayaan populasi asli di Indonesia. Itu sebelum masuknya agama samawi," ucapnya.
Erond menyebut keberadaan homang dan sejenisnya cuma legenda masyarakat. Dia juga bercerita soal adanya larangan masyarakat mencari jejak homang sesuai arah telapak kaki.
"Kalau kita mencari jejak seperti ini dalam legendanya, jangan pernah mengikuti jejak langkahnya ke depan, karena kalau kita ikuti jejak langkahnya ke depan itu berarti kita mundur, dia harus terbalik mengikuti jejaknya dan itu objek riilnya nggak ada. Itu hanya legenda," ujarnya.
"Di Karo itu lebih lengkap lagi, di Karo itu sampai tempat penghuniannya. Sampai ada gua Kemang seperti yang di Sembahe. Ada itu situs gua Kemang gitu. Tapi hasil penyelidikan arkeologi yang pernah kami lakukan, itu bukan. Sebenarnya itu adalah kuburan batu, terutama untuk menyimpan tulang belulang," sambung Erond.
Lalu, apakah mungkin hewan ternak di Taput diisap darahnya oleh homang?
"Mana ada itu," jawab Erond.