Menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dan komunikasi publik yang akurat menjadi kunci keberhasilan Selandia Baru menangani pandemi COVID-19. Selain itu, Perdana Menteri Jacinda Ardern sejak awal membangun kesadaran masyarakat untuk bersiap menghadapi virus corona yang sangat berbahaya dan mematikan.
Sejak kasus pertama muncul pada 28 Februari, total ada 1.156 kasus yang terinfeksi virus corona terkonfirmasi dari lima juta warganya. Dari kasus sebanyak itu, 22 pasien meninggal dan selebihnya kembali pulih.
"Keputusan atau kebijakan apapun yang dibuat Ardern selalu berdasarkan data serta rekomendasi para ahli dan akademisi," kata Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya kepada tim Blak-blakan, detik.com, Jumat (19/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lobi-lobi dari kalangan dunia bisnis, dia melanjutkan, lumrah terjadi di mana saja selama pandemi tak terkecuali di 'Negeri Kiwi', julukan untuk Selandia Baru. Tapi bagi Ardern keselamatan masyarakat tidak bisa dinegosiasikan dengan apapun. Ardern beruntung, kehidupan demokrasi di Selandia Baru sudah sangat matang. Dalam situasi biasa, parlemen biasa mengkritik dan berseberangan dengan pemerintah. Tapi ketika menghadapi krisis seperti pandemi COVID-19, semua bersatu-padu.
"Ada semacam kesadaran kolektif bahwa membiarkan pemerintah bekerja sendiri menghadapi COVID-19 hanya akan memperpanjang penderitaan masyarakat," kata Tantowi.
"Sementara media massa membantu pemerintah dengan berita-berita yang membangun optimisme. Fakta-fakta yang berpotensi memicu kepanikan sementara dikesampingkan atas kesadaran sendiri," tutur Tantowi.
Ia berharap Indonesia bisa belajar dari negara kecil seperti Selandia Baru. Tak cuma pemerintah dan parlemen, serta kalangan media, segenap masyarakat pun tak ada ruginya memetik pelajaran. Tantowi mencontohkan, saat pemerintah mulai melonggarkan lockdown sejak pertengahan Mei, masyarakat tentu menyambutnya dengan suka cita. Tapi tidak berlebihan, euphoria.
"Masyarakat bergembira dengan terkendali karena tetap sadar sesungguhnya virus corona masih ada," ujarnya.
Secara khusus Tantowi yang bertugas di Selandia Baru sejak Maret 2017 mengungkapkan kekagumannya kepada Jacinda Ardern. Perempuan kelahiran 18 Juli 1980 itu, katanya, mematrikan kredibilitas individualnya sebagai pemimpin sejak terjadinya aksi penembakan di masjid Christchurch, 15 Maret 2019. Saat itu dia mengakui dan menyebutnya sebagai teror. "Ardern juga dengan cepat dan berani mengamandemen soal aturan kepemilikan senjata," ujar Tantowi.
Selengkapnya, saksikan Blak-blakan Tantowi Yahya "Sukses Negeri Kiwi Atasi Pandemi" di detik.com, Senin (22/6/2020).
(jat/jat)