Masjid Al-Azhar Bekasi mematikan penyejuk udara (AC) hingga kipas saat pelaksanaan salat Jumat di tengah pandemi virus Corona. Pakar epidemiologi mengatakan, mematikan AC atau kipas angin tak serta merta dapat mencegah penularan COVID-19.
"Tergantung banyak hal, itu hanya satu hal saja. Tapi isunya kan di dalam masjid itu seberapa rapat, protokol kesehatannya seperti apa dan seterusnya. Jadi, tidak hanya tanpa AC, tanpa kipas angin terus jadi mencegah Corona," ujar pakar epidemiologi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad kepada wartawan, Jumat (19/6/2020).
Riris kemudian menjelaskan hubungan sirkulasi udara dan penularan virus Corona di ruangan. Dia menyebut saat seseorang yang terinfeksi virus Corona bersin dan mengeluarkan cairan atau droplet di dalam raungan, ada dan tanpa hembusan angin, droplet itu akan tetap menyebar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intinya kan ketika orang mengeluarkan droplet, ada atau tanpa hembusan angin itu kan akan tetap menyebar. Sebagian dari droplet itu partikelnya kecil, itu bisa ada di udara dalam waktu yang cukup lama, apalagi di dalam ruangan tertutup yang kemudian tidak ada sirkulasi udara yang baik, dia akan bisa bertahan cukup lama di situ, fokusnya di situnya," papar Riris.
Riris menyebut droplet akan melebur apabila aliran udara sangat besar. Dia menjelaskan jika dalam ruangan sirkulasi udara cenderung terbatas.
"Intinya, yang membedakan di dalam ruangan dan di luar ruangan adalah, begitu ada droplet keluar kalau di luar ruangan segera terdilusi karena udaranya sangat besar, sangat luas, aliran udaranya sangat besar. Di dalam ruangan itu kan udaranya, ya, tetap ada di situ sebagian besar," sebut Riris.
"Bayangannya begini, kalau kita meneteskan tinta ke dalam gelas dan satu tetesan tinta ke sungai kan beda toh. Yang di sungai akan segera menghilang dan terdilusi dengan air yang banyak itu. Kalau di gelas akan tetap ada air yang di gelas itu. Jadi, bisa dibanyangkan droplet di dalam ruangan itu seperti tinta di dalam gelas tadi. Apalagi partikelnya kecil, maka dia akan bisa cukup agak lama melayang-layang," lanjutnya.
Tonton juga 'Sudah 3 Pekan Masjid Nurul Islam Koja Gelar Salat Jumat 2 Gelombang':
Riris menekankan, menyalakan atau mematikan AC atau kipas angin tidak akan mengubah sirkulasi udara. Sebab, sebut dia, mematikan AC ataupun kipas angin tidak masuk ke protokol kesehatan pencegahan penyebaran Corona.
"Yang menjadi, yang membedakan itu kalau ada kipas angin ada AC itu kan bersikulasinya di dalam ruangan, kecuali masjidnya terbuka, ada angin dari luar yang masuk dan aliran udaranya cukup besar, itu yang membedakan. Jadi, bukan masalah AC dan kipas anginnya, tapi pertukaran udaranya itu besar atau tidak," tutur Riris.
"Jadi, isunya itu tadi, apakah ada pergantian udara yang cepat yang bisa mendilusi itu. Penularan itu terjadi ada semacam respons, begitu. Jadi, semakin besar dosisnya akan semakin besar kemungkinan tertular. Isunya itu kan di dosisnya itu, semakin rapat semakin cepat menyebar. Kan memang begitu, aturannya kan protokol kesehatan, AC dan kipas angin tidak masuk protokol kesehatan," sambung dia.
Sebelumnya, pengurus Masjid Al-Azhar Bekasi memutuskan untuk mematikan AC hingga kipas saat pelaksanaan salat Jumat. Pengurus masjid menjelaskan hal itu dilakukan untuk menekan penyebaran virus Corona.
"Dalam keputusan rapat satgas COVID itu dimasukkan bahwasanya AC tidak boleh nyala dan kipas tidak boleh nyala," ujar Koordinator Bagian Rumah Tangga DKM Masjid Al-Azhar Bekasi, Supriyono, ketika ditemui detikcom, Jumat (19/6).
Mulanya, sebut Supriyono, AC yang dimatikan, tetapi kipas angin tetap dinyalakan agar menjaga suhu ruangan tetap sejuk. Namun, salah satu jemaah yang berprofesi sebagai dokter mengimbau agar pengurus masjid juga mematikan kipas untuk menghindari penyebaran Corona.
"Setelah berjalan, ada masukan dari warga kami yang beliau ini profesinya dokter, tentu lebih tahu, ya, bahwa kipas itu bisa menyebarkan (Corona) secara lebih cepat," tutur Supriyono.