Cendekiawan muslim Nasaruddin Umar mengatakan perlunya pendekatan holistik dalam mencegah perkembangan paham radikal. Dia menyebut radikalisme berkembang karena adanya ketimpangan antara kaum kaya dan kaum miskin.
"Perlu pendekatan holistik. Bagaimana menciptakan perekonomian yang tidak melahirkan satu ketimpangan, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Secanggih apa pun BNPT, kalau jarak si kaya dan si miskin menganga, tidak mungkin bisa mencegah berkembangnya radikalisme. Radikalisme itu kan juga masalah urusan perut ya kan?" ungkap Nasaruddin di kantor BNPT, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (10/6/2020).
Nasaruddin menyebut masalah ekonomi bisa menarik pihak-pihak tertentu untuk menghasut seseorang ikut dalam paham radikalisme. Dia menyebut kekecewaan menjadi salah satu penyebab lahirnya radikalisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kekecewaan ini adalah secara psikologis penyumbang radikalisme, terorisme yang sangat besar. Semakin banyak kekecewaan yang terjadi dalam masyarakat, maka potensi radikalisme juga semakin kuat," jelas Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Nasaruddin menyebut tantangan radikalisme ke depan adalah mencegah kekecewaan publik. Dia berharap BNPT melakukan terobosan baru dalam pencegahan radikalisme.
"Maka tantangan kita saat ini bagaimana mencegah bagaimana tidak terlalu banyak orang kecewa. Makin banyak kecewa, makin terbuka peluang bagi radikalisme sendiri," kata Nasaruddin.
Dia kemudian menyampaikan bahwa BNPT perlu melakukan terobosan baru di sisi pencegahan. Dia menuturkan perlu adanya pendekatan dari BNPT selain melalui kegiatan dakwah.
"Karena itu, kita ingin menyelesaikan persoalan terorisme dan radikalisme di Indonesia, maka kita tidak bisa dengan hanya cara-cara monoton. Maka BNPT ke depan perlu pendekatan lain dalam rangka deradikalisasi di masa depan selain penghayatan keagamaan melalui dakwah profesional," tambahnya.