Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar menyebut pelibatan tokoh agama dan ulama dalam pencegahan radikalisme bersifat penting. Boy menilai ulama adalah penangkal pemikiran radikal yang mengatasnamakan agama.
"Kita juga tentu berupaya agar pelibatan dari tokoh-tokoh agama dan ulama moderat untuk dapat melakukan upaya membantu kita bersama-sama agar pemikiran yang mengarah kepada kekerasan yang dianut anak-anak muda dengan mengatasnamakan agama ini bisa diluruskan," kata Boy di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (10/6/2020).
Boy menilai tindakan radikalisme saat ini masih memakai simbol keagamaan. Dia ingin para ulama bisa meluruskan pemikiran yang salah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi salah satu mitra strategis kita adalah alim ulama, tokoh-tokoh agama, agar orang-orang atau pihak tertentu yang dengan mudahnya menggunakan istilah simbol-simbol agama atau bahkan ayat-ayat suci, tentunya kita harap tokoh-tokoh ulama bisa meluruskan pemikiran-pemikiran seperti itu," jelasnya.
Ke depan, Boy berharap radikalisme tak lagi memiliki daya tarik di kalangan anak muda. "Kita berharap pada akhirnya pemikiran-pemikiran yang mengarah tindakan terorisme seperti ini tidak lagi menjadi hal yang diminati anak muda kita," ungkap Boy.
Selain itu, Boy turut mengamati soal penyebaran konten radikal di media sosial. Pihaknya telah bekerja sama dengan kementerian terkait agar warganet terjaga dari bahaya radikalisme.
"Penyalahgunaan medsos guna menyebarluaskan konten-konten yang sifatnya radikal ini tengah berlangsung hari ini. Jadi literasi, edukasi di dunia maya ini menjadi satu hal yang harus kita lakukan," kata Boy.