New normal meminta toleransi seluruh penduduk bumi hidup berdampingan dengan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. SARS-Cov-2 ada, manusianya sehat dan selamat. Apa mungkin? BukankaH influenza yang meminta korban mencapai 50 jutaan manusia di perang dunia I juga disebabkan virus flu. Virus flu berkerabat dekat dengan corona virus SARS-CoV-2.
Virus seperti penyebab flu Spanyol (1918-1920) masih menemani manusia di seluruh muka bumi sampai sekarang. Kadang virus flu melakukan unjuk kekuatan, menginfeksi populasi rentan yang memiliki imunitas di bawah ambang. Imunitas ambang adalah batas minimal untuk hidup damai berdampingan dengan virus. Pada populasi rentan virus segera mengajak pulang, meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Populasi yang rentan adalah yang berusia 60 tahun ke atas. Mereka memiliki penyakit penyerta; diabetes mellitus, darah tinggi, penyakit sesak nafas menahun, liver, ginjal, obesitas, terutama penyakit jantung.
Profesor Dr. Eran Bendavid dan Profesor Dr. Jay Bhattacharya, para profesor medis di Stanford University AS mengatakan bahwa data tahun lalu ada 8000 kematian akibat flu pada kelompok beresiko, sejumlah 65% lebih adalah pengidap sakit jantung.
Profesor Dr. John Oxford dari Universitas Queen Mary London, Inggris, ahli virologi dan influenza terkemuka di dunia menyampaikan bahwa sejak September tahun lalu virus lain telah membuat 36 juta orang Amerika sakit flu dan membunuh 22 ribu diantaranya, namun tidak ada pemberitaan yang bombastis.
Cukup banyak data yang menginformasikan hebatnya peran virus flu selain SARS-CoV-2 dalam menimbulkan kematian. Saat ini Covid-19 memperoleh tempat spesial dalam pemberitaan media massa mainstream dunia. Akibatnya seolah-olah manusia tidak mungkin mampu berdampingan dengan Covid, padahal tidak demikian. Informasi para pakar medis internasional di atas bisa dijadikan dasar alasan.
Your Cells is You
Dolly, 22 Februari 1997, menghentak dunia. Seekor domba betina yang dikembangkan melalui teknologi cloning berhasil dikembangkan. Cloning sebuah teknologi rekayasa genetik membuat individu baru, persis sama dengan individu induk. Hasilnya lebih sempurna dari proses photo copy menggunakan mesin terbaik mana pun. Karena domba baru yang dihasilkan sama persis dengan induknya.
Kloning berasal dari kata "clone", dipopulerkan oleh Herbert Webber (1903). Istilah kloning digunakan untuk individu hidup yang dilahirkan dari satu induk tanpa proses seksual. Inti sel individu induk "ditanam" (enucleate) pada sel zygote yang telah diambil inti selnya (denucleated).
Individu yang akan di-clon diambil salah satu selnya. Sel yang diambil bisa dari mana saja. Bisa dari sel; epithel (penutup tubuh), lemak, otot, darah, liver, ginjal, pancreas, bahkan sel jantung. Pendek kata sel dari bagian apa saja dari individu yang akan di-clon, secara teori bisa mencetak individu baru yang sama persis dengan individu yang di-clon.
Teknologi cloning memberikan dampak pemahaman baru dalam dunia medis. Pada saat cloning sukses dunia medis bertambah yakin bahwa masing-masing sel individu menyimpan cetak biru bentuk fisik dan ciri karakter yang sama persis dengan induknya.
Individu yang senang bersahabat, maka sel-selnya juga memiliki sifat serupa. Sel-sel tubuh individu tersebut juga akrab dalam menjalin persahabatan. Individu yang senang kebersamaan, senang silaturahim, sel-sel tubuhnya pun senang silaturahim. Silaturahim adalah upaya individu membangun hubungan atas dasar kasih sayang. Ialah kasih sayang sebagaimana yang dicontohkan Tuhan kepada mahlukNya. Kasih sayang tampa pamrih.
Sel-sel individu yang demikian, memiliki hubungan antar sel (tight junction) yang sangat kuat, sulit ditembus. Jika tight junction ini dijumpai pada sel-sel epitel tubuh, sel-sel mukosa tubuh (saluran makan, saluran nafas/hidung, mukosa mata) maka permukaan tubuh sulit dimasuki bahan asing termasuk SARS-CoV-2.
Sel-sel penyusun organ-organ tubuh pun demikian, sel-sel penyusun; jantung, otak, paru, liver, pankreas, ginjal dan organ-organ lain, maka komunikasi, kerjasama antar organ sangat baik. Masing-masing organ saling mendukung bekerjasama dengan kompak. Keadaan ini memungkinkan individu memiliki kondisi tubuh sangat baik, seimbang, sehat sehingga sulit menderita sakit. Kalau pun sakit dia akan segera sembuh.
Individu yang senang memelihara silaturahim, sel-sel imun tubuhnya memiliki sikap yang sama, senang silaturahim.
Sel imun tubuh terdiri dari beberapa jenis. Masing-masing sel bisa memiliki produk. Produk sel satu dengan produk sel yang lain saling terkoneksi dan saling mendukung. Individu yang memiliki karakter senang silaturahim, sel-sel imunitasnya mampu bekerjasama dengan sempurna. Komunikasi sel imun satu dengan yang lain berjalan harmonis, saling menopang, saling mendukung. Sulit ditemukan sel imun yang mengancam, bahkan merusak dirinya sendiri (berantem) seperti pada auto immune disease. Sel-sel imun yang mampu bekerjasama dengan baik, sempurna, pasti tidak mudah dimasuki SARS-CoV-2 apalagi sampai sakit covid-19.
Kalau begitu, siapa pun yang mampu membangun silaturahim yang sempurna, menebarkan kasih sayang kepada siapa pun atas nama Tuhan, segera mampu menghadapi new normal dengan sehat dan aman.
Abdurachman
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
*Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab pengirim. Terimakasih (Redaksi)
(erd/erd)